12 December 2012

Pengertian, Bentuk, dan Kategori Kata dalam Bahasa Sunda



 Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Kata-kata yang dibentuk dari gabungan huruf atau gabungan morfem; atau gabungan huruf dengan morfem, baru kita akui sebagai kata bila bentukan itu mempunyai makna.
Didalam bahasa Sunda Kata atau Kecap terbagi menjadi dua, yaitu: Bentuk (Wangun) dan Kategori (Warna).

1.1 Bentuk
Bentuk atau Wangun terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
1.      Kata Dasar (Kecap Asal)
      Kata dasar adalah kata yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti.
      Contoh: Ucing, Indung, Hayam, Sangu, Gawé

2.      Kata Jadian/Kata berimbuhan (Kecap Rundayan)
Kata jadian dapat terwujud melalui kombinasi kata dasar dengan afiks. Caranya melalui proses morfemis yang disebut afiksasi. Afiks sendiri mendukung makna kategorial bagi kata dasar. Kombinasi dapat berupa; kata dasar (morfem dasar) dengan morfem terikat; atau morfem terikat dengan morfem terikat.
Afiks:
·         Prefiks
Contoh: Dicium, Dipelong, Patanya, Pagulung, Sideku
·         Infiks
Contoh: Barudak, Sarieun, Darahar, Garering, Paradet
·         Sufiks
Contoh: Sanguan, Gawéan, Cobaan, Coétan, Garisan
·         Konfiks
Contoh: Dibéakeun, Dikamanakeun, Dikocorkeun, Padamelan, Dicaian

3.      Kata Ulang (Kecap Rajekan)
Kata ulang adalah kata yang diulang, baik sebagian maupun seluruhnya. Bahasa Sunda memiliki pengulangan dua kali dan pengulangan tiga kali. Pengulangan yang ada dalam bahasa Sunda, sebagai berikut:

1.      dwilingga
pengulangan dengan mengulang seluruh bentuk dasar disebut dwimurni. Dalam proses morfemis dwimurni dapat berupa:
·         dwimurni
Contoh: Aki-aki, Nini-nini. Buku-buku, Imah-imah, Méja-méja
·         dwireka
Contoh: Tuka-téké, Bubak-babuk, Tutah-titah, Puak-paok, Cukat-cokot

2.      dwipurwa
Dikatakan dwipurwa bila pengulangan yang terjadi pada sebagian bentuk dasar (silabe inisial diulang).
Contoh: Titimang, Kukumbah, Kokoréh, Sasapu, Bobodo
3.      trilingga (trileka)
Trilingga adalah pengulangan dengan perubahan bunyi, dan pengulangan terjadi tiga kali. Dalam hal ini terjadi pula proses morfofonemik berupa penggantian vokal.
Contoh: Hah héh hoh, Dar dér dor, Tat tit tut, Brat Brét Brot, Trang Tréng Trong, Dag dig dug, Byar byér byor.

4.      Kata Majemuk (Kantetan)
Kata Majemuk adalah gabungan dua kata yang menimbulkan makna baru.
Contoh: Indung Suku, Hampang Leungeun, Beurat Birit, Badak Cihea



1.2 Kategori
Kategori atau Warna terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
1.      Nomina (Kata Benda)
Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda baik konkret maupun abstrak. Jika dicermati lebih lanjut, kata benda tidak lain dari nama benda yang diacunya. Oleh karena itu, kata benda disebut juga dengan istilah kata nama (nomina).
Contoh: Sawah, Ucing, Korsi, Sapédah, Buku, Tangkal

·         Pronomina (Kata Ganti)
Pronomina digunakan untuk mengacu kepada orang.
Contoh: Naon, Saha, Mana, Iraha, Ieu, Éta

·         Numerial (Kata Bilangan)
Numerial memiliki batasan, yakni menyuratkan fungsi numerial untuk menghitung benda. Lebih dari itu, sebenarnya angka-angka, mulai dari minus sekian sampai plus sekian, tidak lain adalah (sesuatu) benda juga.
Contoh: Hiji, Dua, Tilu, Opat, Lima, Loba*, Saeutik*

2.      Verba (Kata Kerja)
Kata kerja atau verba adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat atau kualitas. Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.
Contoh: Nembang, Nulis, Dahar, Saré, Maca, Mandi, Lumpat, Leumpang


3.      Adjektiva (Kata Sifat)
Kata sifat atau adjektiva adalah kata yang berfungsi sebagai atribut bagi nomina (Kata Benda). Atribut berarti tanda atau ciri. Untuk mengenali suatu benda dan untuk membedakannya dengan benda lain, kita harus memberikan cirri, sifat, keadaan, atau identitas benda-benda itu.
Contoh: Geulis, Kasép, Héjo, Mahal, Jauh, Caket, Isin, Bungah, Gancang, Seungit, Amis, Pait, Haseum, Asin, Buleud, Panas, Tiis

4.      Adverbia (Kata Keterangan)
Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang menerangkan verba, adjektiva, nomina, adverbia lain, frasa preposisional, dan juga seluruh kalimat. Letak adverbia dapat mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan.
      Contoh: Pisan, Sabenerna, Téréh, Wé, Kurang, Leuwih, Ngan, Ukur, Saukur, Anyar, Cekap, Loba*, Saeutik*





Catatan: Loba* dan Saeutik* bisa masuk kedalam dua kategori yaitu Adverbia dan  Numerial

"http://rizkimasbox.blogspot.com/2012/12/kata-kecap.html"


DAFTAR PUSTAKA
Djajasudarma, T.F.  & Wahid, Abdul Idat. 1987. Gramatika Sunda. Bandung: Paramaartha.
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Kosasih, E. 2008. Ketatabahasaan Dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya.
Sanjaya, Rizki. http://rizkimasbox.blogspot.com/2012/12/kata-kecap.html.

Jatinangor, Rabu, 12 Desember 2012
Rizki Sanjaya, Mahasiswa Sastra Sunda Unpad


No comments:

Post a Comment