14 February 2022

Storytelling: Sebagai Metode Pengajaran Anak


Sebuah kegiatan bertajuk Kelas Mendongeng dan Origami, terselenggara di Perpustakaan Bandung Creative Hub, pada Sabtu 12 Februari 2022. Acara yang diinisiasi oleh Subsektor Penerbitan BCH, kolaborasi dengan Rumah Baca Cibeunying ini, dihadiri oleh 15 peserta, dengan rentang usia 4 hingga 11 tahun.

Pembatasan peserta masih menjadi prioritas pada jalannya acara. Hal ini berkenaan dengan status PPKM Level 3, yang masih ditetapkan untuk wilayah Kota Bandung dan sekitarnya. Selain juga menciptakan kenyamanan, bagi para pendamping yang menemani anak-anaknya berkegiatan langsung dari Perpustakaan Bandung Creative Hub.

Ditemui seusai acara, Ismi Aulia, perwakilan dari Rumah Baca Cibeunying berhasil tim redaksi temui, guna menanyakan langsung perihal kegiatan ini. Dari penuturannya, acara ini memang dikhususkan untuk anak di rentang usia tersebut. ”Setelah ngobrol-ngobrol juga, memang ingin memaksimalkan peran perpustakaan sebagai tempat yang nyaman bagi anak”.

Dari pandangannya, sudah seharunys sebuah perpustakaan itu nyaman bagi segala lapisan usia. Bukan hanya dinikmati oleh kalangan remaja dan dewasa saja. “Harus menjadi sarana yang dimanfaatkan sejak usia masih anak-anak. Ditambah kan, di perpustakaan banyak buku yang bisa menjadi gerbang awal anak-anak memahami dunia”, ujarnya.

 

Jalannya Sesi

Para peserta disambut dengan ceria oleh pemandu acara yang bertugas. Seraya pembuka, peserta diberikan sebuah mode permainan yang dapat membuat kedekatan lebih terjalin. “Sebelum sesi dongeng, MC membawakan permainan untuk anak-anak. Agar situasinya lebih cair. Untuk permainan pertama, anak-anak dikenalkan dengan permainan up and down”.

Permainan up and down yang dimaksud, adalah sebuah permainan kebalikan, yang mana dapat melatih konsentrasi anak-anak. “Misal MC bilang up, nanti anak-anak harus membuat gerakan ke bawah. Sedangkan jika MC bilang down, anak-anak harus buat gerakan ke atas. Begitu pun jika MC bilang left, atau right, harus sebaliknya”, jelas Ismi.

Berlanjut ke sesi dongeng, pada sesi ini anak-anak terlihat serius memerhatikan jalannya acara. Dongeng yang disiapkan berjudul ‘Beruang yang Suka Menolong’. “Dongeng ini memang sengaja kita buat. Naskahnya pun bikin sendiri. Tentunya di dongeng ini, kita ingin mengarahkan anak-anak untuk dapat menolong terhadap sesama, tanpa melihat mereka itu siapa”.

Selepas dongeng selesai, peserta kembali dihadapkan pada mode permainan. Pada kesempatan ini, anak-anak yang hadir akan memainkan tepuk tangan dengan warna. Sama halnya dengan up and down, para peserta akan dilatih konsentrasinya di permainan ini. “Kalau MC bilang biru, harus tepuk tangan dua kali. Kalau merah, dua kali. Hijau, tiga kali. Hitam, tanpa tepuk tangan”.

Selain mendorong peningkatan konsentrasi pada anak, permainan ini sengaja disajikan guna tercipta suasana senang dan riang gembira di Perpustakaan. Terlebih karena usia anak 4 hingga 11 tahun, adalah usia di mana mereka akan aktif merespons materi yang disajikan. “Biar lebih cair, dan anak-anak juga pada senang. Alhamdulillah responsnya bagus. Semua pada ikutan”.

Materi kedua pada acara ini adalah membuat origami. Para peserta dipandu oleh rekan-rekan dari SMKN 2 Kota Bandung, ketika menjalani sesi membuat origami burung. “Kita dibantu sama anak-anak PKL juga. Jadinya mereka yang ngarahin jika ada peserta yang kebingungan. Untuk bahannya sendiri, kita tayangkan melalui televisi”.

Para orang tua yang hadir, terlihat antusias menyimak setiap sesi berlangsung. Untuk menciptakan komunikasi lebih interaktif, para peserta dipersilakan memberi hasil kreasi origaminya kepada para pendamping di lokasi. “Sama kita, anak-anak diarahkan untuk berani menunjukkan hasil karyanya ke para pendamping yang hadir”, ujar Ismi.

Acara diakhiri dengan mode permainan terakhir. Seraya penutup, permainan tukar gambar menjadi sajian pamungkas di ‘Kelas Mendongeng dan Origami’ ini. “Diawali membuat gambar kepala sampai pundak, kemudian ditukar dengan teman sebelahnya. Dilanjutkan membuat pundak hingga paha. Terakhir ditukar kembali untuk gambar paha hingga ujung kaki”.

Pada mode permainan yang terakhir ini, diharapkan anak-anak dapat percaya diri ketika situasi mengharuskannya bekerja sama dengan temannya yang lain. “Ada beberapa yang belum percaya diri. Takut gambarnya jadi jelek kalau ditukar. Tapi kami arahkan untuk saling percaya antara satu anak dengan anak yang lain”, terang Ismi.

 

Acara Rutinan

‘Kelas Mendongeng dan Origami’ ini direncanakan akan rutin terselenggara di Bandung Creative Hub. Sebagaimana diutarakan oleh Rizki Sanjaya selaku Pengelola Perpustakaan dan Subsektor Penerbitan BCH. “Insya Allah akan rutin diselenggarakan di Perpustakaan. Ini memang target saya. Agar anak-anak sedari usia dini sudah betah dengan aktivitas di Perpustakaan”.

Untuk konsepnya sendiri, Rizki cukup terbuka kepada berbagai komunitas yang ingin bekerja sama dengannya. Bahkan dirinya tidak menutup kemungkinan, ke depannya sesi mendongeng akan menggunakan bahasa Inggris. “Intinya kami sangat terbuka siapa saja yang ingin berkontribusi. Bahkan jika ada yang ingin storytelling menggunakan bahasa Inggris, asyik juga”.

Terkait materi dongeng ke depannya, Rizki menjelaskan jika dirinya akan menyertakan folklor yang berkembang di sekitarnya. Menurutnya metode mendongeng, merupakan salah satu cara, menanamkan pemahaman tanpa adanya paksaan. “Seperti dongeng dan mitos yang berkembang di tatar Sunda juga kan banyak.  Nanti akan saya kembangkan”, pungkasnya.


Bandung, 14 Februari 2022.

No comments:

Post a Comment