Sebuah
kegiatan bertajuk ‘Kelas Mendongeng dan Origami’, terselenggara di Perpustakaan Bandung Creative Hub, pada Sabtu 12
Februari 2022. Acara
yang diinisiasi oleh Subsektor Penerbitan BCH, kolaborasi dengan Rumah Baca Cibeunying
ini, dihadiri oleh 15 peserta, dengan rentang usia 4 hingga 11 tahun.
Pembatasan peserta masih menjadi
prioritas pada jalannya acara. Hal ini berkenaan dengan status PPKM Level 3,
yang masih ditetapkan untuk wilayah Kota Bandung dan sekitarnya. Selain juga
menciptakan kenyamanan, bagi para pendamping yang menemani anak-anaknya
berkegiatan langsung dari Perpustakaan Bandung Creative Hub.
Ditemui seusai acara, Ismi Aulia, perwakilan
dari Rumah Baca Cibeunying berhasil tim redaksi temui, guna menanyakan langsung
perihal kegiatan ini. Dari penuturannya, acara ini memang dikhususkan untuk
anak di rentang usia tersebut. ”Setelah ngobrol-ngobrol juga, memang ingin
memaksimalkan peran perpustakaan sebagai tempat yang nyaman bagi anak”.
Dari pandangannya, sudah seharunys
sebuah perpustakaan itu nyaman bagi segala lapisan usia. Bukan hanya dinikmati
oleh kalangan remaja dan dewasa saja. “Harus menjadi sarana yang dimanfaatkan
sejak usia masih anak-anak. Ditambah kan, di perpustakaan banyak buku yang bisa
menjadi gerbang awal anak-anak memahami dunia”, ujarnya.
Jalannya Sesi
Para peserta disambut dengan ceria
oleh pemandu acara yang bertugas. Seraya pembuka, peserta diberikan sebuah mode
permainan yang dapat membuat kedekatan lebih terjalin. “Sebelum
sesi dongeng, MC membawakan permainan untuk anak-anak. Agar situasinya lebih
cair. Untuk permainan pertama, anak-anak dikenalkan dengan permainan up and
down”.
Permainan
up and down yang dimaksud,
adalah sebuah permainan kebalikan, yang mana dapat melatih konsentrasi anak-anak.
“Misal MC bilang up, nanti anak-anak
harus membuat gerakan ke bawah. Sedangkan jika MC bilang down, anak-anak harus buat gerakan ke atas. Begitu pun jika MC
bilang left, atau right, harus sebaliknya”, jelas Ismi.
Berlanjut
ke sesi dongeng, pada
sesi ini anak-anak terlihat serius memerhatikan jalannya acara. Dongeng
yang disiapkan berjudul ‘Beruang yang Suka Menolong’. “Dongeng
ini memang sengaja kita buat. Naskahnya pun bikin sendiri. Tentunya di dongeng
ini, kita ingin mengarahkan anak-anak untuk dapat menolong terhadap sesama,
tanpa melihat mereka itu siapa”.
Selepas dongeng selesai, peserta
kembali dihadapkan pada mode permainan. Pada kesempatan ini, anak-anak yang
hadir akan memainkan tepuk tangan dengan warna. Sama halnya dengan up and down, para peserta akan dilatih konsentrasinya
di permainan ini. “Kalau MC bilang biru, harus tepuk tangan dua kali. Kalau
merah, dua kali. Hijau, tiga kali. Hitam, tanpa tepuk tangan”.
Selain mendorong peningkatan
konsentrasi pada anak, permainan ini sengaja disajikan guna tercipta suasana
senang dan riang gembira di Perpustakaan. Terlebih karena usia anak 4 hingga 11
tahun, adalah usia di mana mereka akan aktif merespons materi yang disajikan. “Biar
lebih cair, dan anak-anak juga pada senang. Alhamdulillah
responsnya bagus. Semua pada ikutan”.
Materi kedua pada acara ini adalah
membuat origami. Para peserta dipandu oleh rekan-rekan dari SMKN 2 Kota Bandung,
ketika menjalani sesi membuat origami burung. “Kita dibantu sama anak-anak PKL
juga. Jadinya mereka yang ngarahin jika ada peserta yang kebingungan. Untuk
bahannya sendiri, kita tayangkan melalui televisi”.
Para orang tua yang hadir, terlihat
antusias menyimak setiap sesi berlangsung. Untuk menciptakan komunikasi lebih
interaktif, para peserta dipersilakan memberi hasil kreasi origaminya kepada
para pendamping di lokasi. “Sama kita, anak-anak diarahkan untuk berani
menunjukkan hasil karyanya ke para pendamping yang hadir”, ujar Ismi.
Acara diakhiri dengan mode permainan
terakhir. Seraya penutup, permainan tukar gambar menjadi sajian pamungkas di ‘Kelas
Mendongeng dan Origami’ ini. “Diawali membuat gambar kepala sampai pundak,
kemudian ditukar dengan teman sebelahnya. Dilanjutkan membuat pundak hingga
paha. Terakhir ditukar kembali untuk gambar paha hingga ujung kaki”.
Pada mode permainan yang terakhir
ini, diharapkan anak-anak dapat percaya diri ketika situasi mengharuskannya
bekerja sama dengan temannya yang lain. “Ada beberapa yang belum percaya diri. Takut
gambarnya jadi jelek kalau ditukar. Tapi kami arahkan untuk saling percaya
antara satu anak dengan anak yang lain”, terang Ismi.
Acara Rutinan
‘Kelas Mendongeng dan Origami’ ini
direncanakan akan rutin terselenggara di Bandung Creative Hub. Sebagaimana diutarakan
oleh Rizki Sanjaya selaku Pengelola Perpustakaan dan Subsektor Penerbitan BCH. “Insya Allah akan rutin diselenggarakan
di Perpustakaan. Ini memang target saya. Agar anak-anak sedari usia dini sudah
betah dengan aktivitas di Perpustakaan”.
Untuk konsepnya sendiri, Rizki cukup
terbuka kepada berbagai komunitas yang ingin bekerja sama dengannya. Bahkan dirinya
tidak menutup kemungkinan, ke depannya sesi mendongeng akan menggunakan bahasa
Inggris. “Intinya kami sangat terbuka siapa saja yang ingin berkontribusi. Bahkan
jika ada yang ingin storytelling
menggunakan bahasa Inggris, asyik juga”.
Terkait materi dongeng ke depannya,
Rizki menjelaskan jika dirinya akan menyertakan folklor yang berkembang di
sekitarnya. Menurutnya metode mendongeng, merupakan salah satu cara, menanamkan
pemahaman tanpa adanya paksaan. “Seperti dongeng dan mitos yang berkembang di
tatar Sunda juga kan banyak. Nanti akan
saya kembangkan”, pungkasnya.
Bandung, 14 Februari 2022.
No comments:
Post a Comment