Mungkin di antara kita saat ini, masih banyak orang yang menjalankan
rutinitas makannya, hanya dari ukuran yang penting kenyang. Selain itu, lebih
banyak lagi orang yang pada akhirnya memilih makanan enak di atas segalanya. Namun
setahun belakangan, dari hasil statistik di Google
Trends, beberapa kali keyword “makanan
sehat” unggul dibandingkan makanan kenyang atau enak.
Pada edisi kali ini, tim redaksi berhasil menemui Ina Sawitri selaku
pengisi acara Cooking Class Healty Food
yang diselenggarakan di Amphitheater Bandung Creative Hub. Acara yang
diselenggarakan pada awal Februari 2022 ini, dipandu oleh Ina selaku food designer, dengan sajian resep
makanan sehat; bakso ayam dan minuman madu rempah.
Acara yang dibatasi hanya untuk 20 peserta ini, sempat Ina rasa tak akan
maksimal. Hal ini dilatarbelakangi oleh situasi pandemi, yang hingga kini
kembali meningkat di sekitaran kita. “Kita memang punya rencana mengajak 20
peserta. Tapi kita kira gak akan full.
Selain karena situasi masih gini, saya sangka udah jarang juga orang yang ingin
belajar masak”.
Ternyata segala sangkaan Ina salah. Dari target yang dicanangkan 20
peserta, nyatanya para pendaftar dan peserta yang hadir, jumlahnya tepat sesuai
rencana awal. “Eh gak tahunya full booked
gitu terisi. Di tengah mudahnya mendapat informasi resep makanan, ternyata masih
banyak peserta yang hadir, dan mereka antusias banget”, ujarnya.
Dari penuturan Ina, peserta yang hadir didominasi oleh golongan ibu
rumah tangga, yang uniknya, beberapa dari mereka sengaja dating selepas
berbelanja di pasar tradisional. “Pulang dari pasar pada ke sini dulu. Ada yang
dari Pasar Ancol, terus ada juga yang dari Kosambi. Mereka ngakunya didaftarkan
oleh anaknya untuk ikutan cooking class
ini”, terang Ina.
Membuat Menu Sehat dan
Terjangkau
Cooking Class Healthy
Food ini adalah kolaborasi Bandung Creative
Hub bersama The Local Enablers. Terdapat
dua menu yang dipresentasikan, dengan komposisi sehat dan terjangkau. Dalam
pembuatan bakso ayam saja, diperlukan modal 50 ribu Rupiah, untuk menghasilkan
20 mangkuk bakso. “Bahannya cuma lima. Saya sampai suruh Ibu-ibu menghitung,
dan gak lebih dari 50 ribu”.
Untuk pembuatan bakso ayam, bahan yang dipakai oleh Ina adalah daging
ayam, garam, es baru, penyedap, dan tepung. Dari bahan sederhana seperti ini,
Ina menuturkan kunci membuat bakso ayam yang enak ada di cara pembuatannya. “Sebetulnya
kuncinya ada di es batu dan garam. Apa pun varian bakso yang kita buat. Kalau
tahapannya baik dan benar, pasti baksonya kenyal”.
Selain alasan mudah dan sehat, Ina beralasan jika bakso ayam yang ia
sajikan, ada kaitannya dengan hasil risetnya terkait minat masyarakat di
Bandung yang memang gemar memakan bakso. “Kenapa saya pilih bakso ayam? Karena
bakso itu digemari oleh banyak warga Bandung. Kalau orang luar datang ke Bandung
juga, kalau gak bakmi, ya bakso”.
Untuk varian minuman, Ina menyajikan sebuah minuman manis dengan olahan
rempah dan madu. Bahan yang digunakan oleh Ina dalam olahan ini adalah air,
kayu manis, jeruk limau, dan madu. Ada hal menarik ketika Ina mempresentasikan minumannya
ini. Timbul beberapa tanggapan dari peserta, ketika Ina menjadikan jeruk limau
sebagai salah satu komposisi minumannya.
Sebagaimana kita tahu, jeruk limau merupakan bahan ampuh untuk membuat
sambal. Namun di tangan Ina, jeruk limau ternyata punya potensi lain. “Tadi
juga Ibu-ibu rada kaget ya. Katanya,
‘Teteh, masa sih dibikin minuman?’.
Namun setelah mereka minum, ternyata mereka bilang enak. Mungkin mereka
bingung, karena biasanya jeruk limau dipakai untuk sambal”.
Memperhatikan Detail
Nutrisi
Sebagai seorang food designer,
Ina memiliki tantangan lebih dalam setiap paparan sajiannya. Baginya, setiap
makanan dan minuman mesti dikemas dengan tetap memperhatikan kadar nutrisinya.
“Banyak yang gak tahu cara minum madu. Misal madu ditambah air panas, itu udah
gak bisa. Kita cuma dapat manisnya, tetapi nutrisinya hilang”.
Seperti saat membuat makanan, Ina menuturkan terkait penambahan garam, akan
lebih baik jika dilakukan di akhir sesi memasak. Tujuannya agar yodium dalam
garam tidak hilang begitu saja. “Kayak garam aja, Ibu-ibu tuh nanya kenapa
dimasukinnya terakhir? Padahal kan tujuan dari garam itu bukan sekadar menambah
rasa asin, tetapi harus dapat zat yodiumnya juga”.
Berbicara terkait makanan sehat, Ina menjelaskan, dalam situasi pandemi
seperti sekarang, adalah fase di mana cukup banyak dorongan agar masyarakat
mengubah pola makannya. “Sejak pandemi Covid-19 ini, orang sudah bergeser. Ketika
dulu masih banyak yang cuma ngejar murah dan banyak. Sekarang banyak juga yang
rela bayar lebih mahal sedikit, agar bisa makan sehat”.
Konsep sehat dalam pandangan Ina adalah makanan bergizi lengkap, yang
disesuaikan dengan usia, beserta tinggi dan berat badan. Oleh karenanya, sehat
bagi tiap orang sudah pasti akan berbeda. “Sehat itu gizinya lengkap. Jadi harus
sesuai porsi. Misal kebutuhan protein saya dan akang sudah pasti beda. Semakin banyak aktivitas juga berbeda. Jadi
harus diukur dari kebutuhannya”.
Ina menganalogikan, jika kita yang hanya berfokus pada olahraga tanpa
mengatur nutrisi yang seimbang, maka hal-hal yang tak diinginkan mungkin saja bisa
terjadi. “Intinya harus terukur. Beberapa waktu lalu, ada satu kejadian ketika
orang baru selesai lari, banyak berolahraga tapi gizinya tidak seimbang, dia henti
jantung. Jadi bukan hanya olahraga yang buat kita sehat”.
Berawal dari Mata
Kuliah
Kebiasaan memasak dari Ina, diyakini sudah berlangsung sejak lama. Namun
terkait pendalaman konsentrasi dalam penciptaan resep makanan, Ina tuturkan
semuanya berawal ketika dia masih menginjak bangku kuliah. “Saya kuliah di
Jurusan Perikanan Unpad. Sebenarnya ini bukan jurusan yang saya inginkan. Tapi
ada satu matkul yang membuat saya akhirnya betah”.
Mata kuliah yang Ina maksud adalah organoleptic.
Sebuah mata kuliah yang menuntut kita memiliki kepekaan melalui uji indera yang
dimiliki. “Sampai tiba di satu lab, namanya Pengolahan Hasil Perikanan. Terus,
ada yang ingat Pak Bondan? Sosok Pak Bondan yang gemar mencicipi makanan,
ternyata ada mata kuliahnya, bernama organoleptic.
Dari situ saya semakin tertarik”.
Bimbingan dosen dan semangat Ina untuk mempertajam uji inderanya,
membuahkan hasil. Meski Ina yakini, diperlukan konsentrasi dan ketekunan tinggi
untuk memulainya. “Sampai dikarantina gitu. Setiap hari gak boleh makan makanan
yang berasa. Dibimbing dosen. Disuruh cicipi karakter garam gimana, merica
gimana, bawang putih gimana. Dan terbawa sampai sekarang”.
Dari kebiasaan itulah, Ina yakin jika kemahirannya mencecap setiap rasa,
besar-kecilnya dipengaruhi minatnya pada saat kuliah dulu. “Iya terbawa.
Sekarang ketika saya makan suatu makanan, saya bisa tahu cara bikinnya gimana.
Bumbunya apa saja. Karena memang semuanya itu benar-benar terasa di lidah”,
jelasnya.
Potensi dari Makanan
Sehat
Bisnis makanan sehat menurut Ina akan semakin menjanjikan. Hal ini
mengingat, semakin banyak orang yang sadar perlunya asupan nutrisi yang
seimbang. Selain itu, dengan mempelajari setiap detail komposisi makanan yang
kita buat, bukan tak mungkin hal ini bisa menjadi sesuatu yang menguntungkan
dan bernilai jual tinggi.
Ina bercerita selain memiliki hobi melakukan demo memasak, dirinya pun
terus mendalami pengembangan resep dari masakan yang ada. Karena menurutnya, ada
potensi besar dari tiap resep makanan yang berhasil ia ciptakan. “Awal-awal
bikin resep, sama saya dijual. Dan ternyata menguntungkan. Satu resep aja, saya
bisa dapat 12-70 juta Rupiah”.
Namun meski dirinya bisa meraup keuntungan dari kreasi yang ia buat, Ina
tetap merasa hal tersebut tidaklah terlalu bermanfaat bagi banyak orang. “Kalau
saya jual resep aja, gak ada manfaatnya untuk banyak orang. Sejak 2018, saya
mulai ngajarin UMKM-UMKM masak. Bahkan seringkali para peserta izin untuk pakai
resep makanan saya. Saya selalu izinkan”.
Bagi Ina, dengan memberi izin terhadap penggunaan resep yang ia buat.
Hal tersebut sedikit-banyaknya dapat mengubah jalan hidup seseorang. “Dari sini
saya merasa, wah ternyata dari resep aja bisa ngubah hidup orang ya. Saya
semakin semangat mengembangkan program, seperti gimana caranya ngajarin orang
masak, pendampingannya, biar mereka bisa buka usaha”.
Selain itu Ina pun turut mengajak kepada sobat sekalian, agar terus
menjaga pola makan dengan makanan yang sehat. “Kenapa harus? Karena dari asupan
yang sehat, kita bisa menjadi orang yang sehat, pintar, dan berpikir jernih. Apa
yang kita makan, akan mencerminkan seperti apa diri kita ketika beraktivitas”,
pungkasnya.
Bandung, 02 Februari 2022.
No comments:
Post a Comment