3 November 2020

Opini: Kolaborasi Ekonomi Kreatif

Hingga tulisan ini selesai dibuat, masih saja belum terdengar riuh dan gegap gempita, kapan wabah pandemi Covid-19 ini akan mereda dan benar-benar hilang. Meski situasi seperti ini seringkali membuat kita dilingkupi perasaan bingung, dan jengkel. Sebagai individu merdeka yang dikaruniai akal, malu rasanya jika diri ini memilih untuk menyerah saja, untuk kemudian berputus asa pada keadaan.

Di tengah maraknya sektor usaha yang terdampak, dan terhambat penetrasinya dikarenakan pandemi Covid-19. Dalam situasi seperti sekarang, sangat diperlukan ide-ide brilian serta jalan alternatif, yang tentunya dapat menjadi solusi bagi para pelaku usaha. Skala paling minimal adalah, usaha mereka dapat terus bertahan, atau malah menjadi kebal terhadap goncangan krisis yang hingga kini masih melanda.

Ekonomi kreatif sebagai sebuah konsep ekonomi baru berbasis kreativitas, menurut John Howkins adalah sebuah kegiatan ekonomi yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide. Menghasilkan sebuah ide merupakan hal yang harus terus dilakukan untuk kemajuan. Oleh karenanya, konsep ekonomi kreatif dirasa harus terus dibangkitkan geliatnya, dikarenakan faktor utama dari ekonomi kreatif adalah sisi kreativitas yang tercipta pada alam pikiran kita sendiri.

Memang jika dipikir secara singkat, sebuah gagasan dan pemikiran untuk mengembangkan ekonomi kreatif, akan kalah jika dihadapkan pada persoalan mengenai sumber modal dan sumber pembiayaan. Hal ini tidak semata-mata karena sumber modal dan pembiayaan itu tidak ada, melainkan pada situasi serba darurat, terkadang modal dan aset yang telah dimiliki, alokasinya untuk sementara waktu diubah menjadi hal yang lebih primer, seperti makan dan kebutuhan sehari-hari.

Situasi dan kondisi di masa darurat seperti saat ini, memaksa kita para pelaku ekraf untuk sama-sama merasakan apa yang teman-teman kita rasakan juga. Oleh karenanya, diperlukan mental yang kuat, serta semangat kolaborasi antar subsektor ekraf yang harus semakin ditingkatkan. Sudah saatnya kita tidak dirundung kebingungan, atau stagnan bertahan mempertahankan gengsi.

Ekonomi kreatif, dengan 17 subsektor yang dikembangkannya menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sangat memiliki banyak potensi kolaborasi antar subsektor. Kolaborasi ini tentunya dapat kita gunakan sebagai pembuka kunci, mendapatkan kembali pundi-pundi penghasilan. Entah kolaborasi tersebut hanya bertujuan untuk bertahan sementara waktu, atau bahkan dengan pilihan yang lebih visioner.

Selain berkolaborasi dari segi ide dan inovasi, diperlukan pula kesadaran tinggi dari para subsektor untuk lebih menumbuhkan budaya tolong-menolong, budaya gotong-royong, serta rasa empati. Nilai-nilai kemanusiaan seperti ini sangatlah diperlukan bukan hanya dalam situasi dan kondisi seperti saat ini, melainkan harus sudah menjadi spirit dalam jiwa, dan menjadi identitas kita sebagai sesama umat manusia yang tetap berjuang.

Boleh saja muncul rasa ingin maju sendiri, terutama jika memang kita saat ini ada di posisi yang lebih beruntung dibanding individu lainnya. Namun jika rasa kemanusiaan kita di atas segalanya, serta kepedulian kita kepada para pelaku ekraf yang sama-sama berjuang terlampau besar, rasanya hasrat ingin maju bersama akan menjadi prioritas yang lebih dikedepankan.

Ada baiknya kita yang masih memiliki cukup banyak ide dan inovasi, turut serta membagikan hasil pemikiran kita ini kepada para pelaku ekraf lain yang sedang kehabisan ide dan inovasinya. Pun sebaliknya, ada baiknya jika kita yang saat ini memiliki sumber daya modal berlebih, kita rangkul rekan kita yang saat ini membutuhkan modal pembiayaan, untuk dapat berkolaborasi serta berkomitmen untuk sama-sama bangkit.

Karena tidak menutup kemungkinan, di luaran sana masih tersisa orang-orang yang memiliki sumber daya modal yang cukup, namun memang bingung akan mengoptimalkan modal usahanya ini. Justru inilah peluang dari kita sebagai pelaku ekraf untuk bisa hadir, dan sama-sama membuat sebuah konsep kolaborasi yang saling menguntungkan.

Kolaborasi antar subsektor haruslah semakin terjalin. Kolaborasi bisa hadir dalam bentuk apapun, tak terkecuali budaya saling promosi. Sudah saatnya terlahir ekosistem  yang baik, terutama untuk dapat saling mempromosikan hasil kreasi antar subsektor ekraf.

Sebuah kolaborasi tak melulu harus tercipta antar subsektor ekraf, jika kita adalah seorang konsumen, tak ada salahnya kita bantu promosikan kembali barang dagangan yang telah kita beli. Karena selain dari sudut pandang para subsektor ekraf, rasa kemanusiaan dalam bentuk apapun diharapkan akan selalu muncul dalam kehidupan kita bermasyarakat.

Budaya saling bantu tempo hari ini, adalah salah satu upaya agar para pelaku ekraf dapat kembali semangat dalam berkarya, serta kepuasan batin yang akan timbul kala melihat usaha dari rekan-rekan kita tetap dapat bertahan.

Bandung, 2020

Rizki Sanjaya


Dimuat di Tribun Jateng, 26 Oktober 2020.

No comments:

Post a Comment