Refleksi 75 Tahun Kemerdekaan Republik
Indonesia
Rizki Sanjaya
“Tujuh belas Agustus tahun empat lima, itulah hari
kemerdekaan kita” demikian
adalah dua kalimat pembuka dari salah satu lagu
nasional berjudul “Hari Merdeka” karangan Husein Mutahar. Lagu “Hari Merdeka” adalah
sebuah lagu yang umum kita temui kala memasuki momen perayaan kemerdekaan
Republik Indonesia di setiap tahunnya, entah
lagu itu diputar dalam bentuk digital, maupun dinyanyikan secara serempak dalam sebuah karnaval perayaan kemerdekaan Republik
Indonesia.
Berbicara tentang perayaan kemerdekaan
Republik Indonesia,
khususnya di tahun 2020 ini,
adalah berbicara juga
tentang menahan sebuah pola rutinitas
tahunan, yang telah terselenggara selama puluhan tahun lamanya. Rutinitas merayakan kemerdekaan yang larut
dalam nuansa sukacita dan
hingar bingar. Dan
rutinitas kegiatan yang
menghimpun kerumunan banyak orang, serta
ragam atraksi perlombaan gerak tubuh, yang diusahakan memiliki makna dan filosofi mengenang masa-masa perjuangan para pahlawan dalam memerdekakan
republik ini.
Di usianya yang genap 75 tahun pada 2020 ini, tak dinyana turut hadir sebuah ironi. Telah sama-sama kita ketahui jika sebuah wabah
tak kasat mata bernama Coronavirus
Disease 2019 (Covid-19), yang juga menyisakan banyak dampak negatif bagi berbagai
pihak, hadir ke Republik ini hanya beberapa bulan saja sebelum Republik Indonesia
menggenapkan usianya menjadi 75 tahun.
Bagaimana dengan perayaan kemerdekaan
tahun ini? Apa boleh buat, situasi dan kondisi berkata demikian. Mungkin di balik
ini kenyataan ini semua tersembunyi sebuah solusi untuk saling menguatkan, kala
ketakberdayaan menjadi cara untuk menuju sebuah persatuan. Bukankah untuk
menuju sebuah kemerdekaan diperlukan sebuah perjuangan yang besar? Kiranya dalam
kondisi seperti saat ini sekalipun, rasa optimis harus selalu hadir kepada kita
semua. Selain juga harus mau saling berintrospeksi dan mawas diri.
Tampil
beda, mungkin adalah satu penawaran yang cukup pas untuk memaknai perayaan
kemerdekaan pada situasi dan kondisi seperti sekarang ini. Tampil beda adalah padanan
frase yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu nampak berlainan dibanding biasanya.
Berlainan di sini dapat pula kita maknai dengan pengalihfokusan
kebiasaan yang lama (beramai-ramai) kepada kebiasaan yang baru (menjauhi keramaian). Jika dulu perayaan
kemerdekaan seakan-akan
harus dirayakan secara tatap muka dan berkumpul dalam
ruang yang tak kosong, kini ada baiknya peran ruang tersebut kita alihkan
kepada ruang virtual terlebih dahulu.
Selain kebiasaan
beramai-ramai yang perlu tampil
beda, sarana
pengekspresian diri pun tentu dapat dialihfungsikan juga. Jika perayaan kemerdekaan sebelum-sebelumnya
sering dimaknai dengan aneka macam perlombaan dalam sebuah arena,
kini perlombaan tersebut dapat kita alihkan kepada hal yang lebih bernilai konkret,
seperti lomba-lomba kekaryaan pada membuat desain grafis, karya tulis, olahan
seni suara, serta aneka ragam kesenian lainnya yang tentunya diberi tema dan filosofi perjuangan kemerdekaan, serta hasilnya harus bisa dinikmati publik secara luas.
Akan menjadi kurang elok rasanya jika momen khidmat perayaan kemerdekaan ini hanya
dijadikan ajang untuk berdiam diri, mengumpat, serta terus-menerus meratapi
keadaan. Sebagai makhluk
yang dikaruniai akal oleh Tuhan Yang Maha Esa, mungkin ini adalah salah satu momen terbaik untuk memaksimalkan setiap potensi
yang kita miliki, mencari jalan pemecahan dari setiap persoalan, hingga kita dapat bangkit kembali.
No comments:
Post a Comment