24 August 2020

Ketupat Selain Sebagai Makanan

 

Ketupat Selain Sebagai Makanan

Rizki Sanjaya

 

Taqabbalallahu minnaa wa minkum, selamat berlebaran untuk sobat kreatif di mana pun kalian berada. Semoga pada hari kemenangan yang baru saja berlalu beberapa hari kemarin, kita dapat sama-sama mencapai fitrah-Nya, serta senantiasa mendapat manfaat dari segala proses yang sudah sama-sama kita tempuh sebelumnya.

Ngomong-ngomong tentang lebaran, kali ini tim redaksi ingin membahas tentang makanan yang umum kita temui pada saat momen berlebaran. Sebuah makanan yang mungkin juga sering kita temukan di luar hari raya, namun dirasa sangat spesial jika kehadirannya ada di momen hari raya. Langsung saja kita bahas tentang ketupat.

Ketupat yang sering kita makan pada momen hari raya bersama keluarga ini adalah sebuah makanan utama yang tentunya sering tersaji di meja makan kita. Ketupat yang terbuat dari beras dan dimasukkan ke dalam anyaman yang terbuat dari daun kelapa ini, adalah pengganti dari nasi yang umumnya menjadi aktor utama pada keseharian makan bagi mayoritas masyarakat di Indonesia.

Cara pembuatannya pun cukup sederhana, beras yang telah dibersihkan tinggal kita masukkan pada sela-sela anyaman ketupat, lalu kemudian ditutup rapat. Oh iya, beras yang dimasukkan ke dalam anyaman tersebut jangan dibuat penuh ya, karena nantinya akan mengembang dengan sendirinya. Cukup dimasukkan 70% saja dari kapasitas anyaman ketupat tersebut.

Selanjutnya anyaman ketupat yang telah diisi oleh beras siap untuk direbus pada didihan air selama lebih-kurang enam jam lamanya, atau lamanya bisa diatur sesuai selera jika ingin mendapat tekstur yang digemari oleh masing-masing.

Ketupat yang telah masak nantinya akan menghasilkan tekstur nasi yang padat, hampir-hampir mirip dengan lontong. Yang membedakan ketupat dengan lontong adalah aroma dari daun kelapa yang sudah menguning, dan tentunya tidak bisa ditemui pada lontong. Karena lontong biasanya dibungkus dengan daun pisang, bukan daun kelapa.

Cara penyajiannya, ketupat yang telah masak bisa digantung terlebih dahulu sebelum disajikan agar air rebusan menetes. Jika ingin langsung dimakan, ketupat dapat dipotong-potong seukuran satu suap sendok makan, kemudian dilengkapi hidangan lainnya sesuai adat dan kebiasaan di daerah masing-masing.

Masih berbicara tentang ketupat, selain tentunya kita nikmati sebagai makanan, boleh juga kita nikmati sebagai sebuah filosofi hingga mencari tahu asal-usulnya. Agar tak hanya hasrat mengenyangkan perut yang dominan, namun asupan pada otak pun sama-sama kita buat kenyang sekalian.

Dilansir dari historia.id dalam tulisan yang berjudul “Mengunyah Sejarah Ketupat”, tradisi makan ketupat ternyata sudah hidup sekira 5 abad lamanya di Nusantara. Awalnya tradisi makan ketupat ini dijadikan simbol perayaan pada hari raya Islam di masa pemerintahan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, yaitu Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah.

Menurut H.J. de Graaf masih dari historia.id, muncul dugaan bahwa kulit ketupat yang terbuat dari janur pohon kelapa ini memiliki fungsi sebagai penunjuk identitas budaya khas pesisiran yang banyak ditumbuhi pohon kelapa. Oleh de Graff juga hal tersebut dimaknai sebagai upaya masyarakat pesisir di Jawa untuk menjadikannya simbol, dan untuk kemudian dapat dibedakan dengan warna hijau dari Timur Tengah dan merah dari Asia Timur.

Terkait penyebaran ketupat yang dapat merata dan tetap dikenal hingga saat ini, ada peran besar dari Walisongo di dalamnya. Peran dari Walisongo inilah, terutama Raden Mas Sahid yang memiliki panggilan Sunan Kalijaga dalam mengakulturasi budaya dengan memperkenalkan dan memasukkan simbol ketupat sebagai bagian dari penyebaran agama Islam.

Kata ketupat sendiri berasal dari kata “kupat”, yang mana adalah akronim dari “ngaku lepat” (dapat dilihat pada Kamus Pepak Basa Jawa dari Slamet Mulyono) dengan arti mengaku bersalah. Sedang anyaman daun kelapa ini adalah “janur” yang berasal dari akronim “jatining nur” yang memiliki arti hati nurani. Isian ketupat yang diisi oleh beras dapat dimaknai sebagai nafsu duniawi, hingga kesimpulan dari keseluruhannya dapat dilambangkan sebagai nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani.

Ternyata ketupat yang selama ini kita makan memiliki makna dan filosofi yang cukup dalam. Dalam tiap kunyahan yang masuk ke dalam mulut, terdapat banyak simbol kebaikan yang tentunya dapat kita maknai juga dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.

Semoga selain dapat menjadi menu sajian utama pada saat berhari raya, kita juga dapat mengamalkan makna yang terkandung dalam ketupat yang kita makan tersebut. Tentunya harus dengan porsi seimbang ya, secukupnya, jangan sampai berlebihan.

Bandung, 28 Mei 2020.

No comments:

Post a Comment