30 November 2015

Tujuh Unsur Kebudayaan Sunda di Baduy

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya Sunda adalah budaya yang tumbuh dan hidup dalam masyarakat Sunda. Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjunjung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter masyarakat Sunda adalah periang, ramah-tamah (soméah), murah senyum, lemah-lembut, dan sangat menghormati orang tua. Itulah cermin budaya masyarakat Sunda.
Ada satu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di wilayah Kabupaten LebakBanten yaitu Baduy. Populasi mereka sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan mereka merupakan salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Selain itu mereka juga memiliki keyakinan tabu untuk difoto, khususnya penduduk wilayah Baduy dalam.
Tentunya dengan adanya kelompok masyarakat adat tersebut, yang merupakan sub-etnis Sunda, tentu mereka pun memiliki tujuh unsur kebudayaan Sunda di dalamnya.

1.     Sistem Peralatan dan Teknologi
Peralatan dan Teknologi masyarakat Baduy berpusat pada daur pertanian yang diolah menggunakan peralatan yang masih sangat sederhana dalam adat Baduy terutama Baduy dalam masyarakat tidak boleh menggunakan peralatan yang modern, mereka mengandalkan peralatan yang masih sangat primitif seperti bedog, kampak, cangkul, dll.
Masyarakat Baduy tidak boleh menggunakan peralatan dari luar, salah satu contoh sarana yang mereka buat tanpa bantuan dari peralatan luar adalah bambu, jembatan ini dibuat dengan tidak menggunakan paku untuk mengikat batang bambu menggunakan ijuk, dan untuk menopang pondasi jembatan menggunakan pohon-pohon yang tumbuh ditepi sungai.

2.     Bahasa
Dalam berkomunikasi sehari-hari, masyarakat Baduy menggunakan Bahasa Sunda dialek Sunda-Banten. Bahasa Sunda asli ‘buhun’ yang tidak terpengaruh oleh budaya luar seperti undak-usuk basa, masih tetap digunakan atau dipraktekkan sehari-hari oleh masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar.
Sementara itu dalam berkomunikasi dengan masyarakat luar Baduy, mereka dapat menggunakan Bahasa Indonesia, artinya mereka bisa menyesuaikan dengan situasi atau keadaan tergantung dari lawan berbicaranya, meskipun Bahasa Indonesia ini tidak mereka dapatkan dalam pendidikan formal. Mereka juga sudah terbiasa berinteraksi dengan pengunjung. Bahkan mereka sering menjadi penunjuk jalan atau pengangkut barang.
Tradisi lisan merupakan suatu tradisi yang masih kuat dirasakan terutama pada masyarakat Baduy Dalam, mereka (Kanekes) hanya menyimpan dan menyampaikan cerita nenek moyang, adat istiadat, dan kepercayaan atau agama melalui lisan secara turun temurun dari satu generasi kepada generasi selanjutnya, artinya arsip atau sumber tertulis bisa dikatakan minim atau bahkan tidak ada.

3.     Mata Pencaharian
Mata pencarian masyarakat Baduy yang paling utama adalah bercocok tanam padi huma dan berkebun serta membuat kerajinan koja atau tas dari kulit kayu, mengolah gula aren, tenun dan sebagian kecil telah mengenal berdagang.
Orang Baduy tak saja mandiri dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Mereka tak membeli beras, tapi menanam sendiri. Mereka tak membeli baju, tapi menenun kain sendiri.. Kayu sebagai bahan pembuat rumah pun mereka tebang di hutan mereka, yang keutuhan dan kelestariannya tetap terjaga.
Dalam bercocok tanam, mereka tak menggunakan pupuk buatan pabrik. Mereka juga membangun dan memenuhi sendiri kebutuhan untuk pembangunan insfrasuktur seperti jalan desa, lumbung padi, dan sebagainya.
Orang Baduy menjual hasil pertaniannya dan buah-buahan melalui para tengkulak. Mereka juga membeli kebutuhan hidup yang tidak diproduksi sendiri di pasar. Pasar bagi orang Kanekes terletak di luar wilayah Kanekes seperti pasar Kroya, Cibengkung, dan Ciboleger.

4.     Organisasi Sosial
a.      Kelompok Kekerabatan
Orang Baduy mengelompok menurut asal keturunan tangtu, yaitu keluarga luar yang tinggal dalam satu kampung. Ada tiga kelompok kekerabatan dalam kesatuan Orang tangtu, yaitu tangtu Cikeusik, tangtu Cikartawana dan tangtu Cibeo. Adapun hierarki kekerabatan itu sesuai dengan urutan Cikeusik, Cikartawana dan Cibeo.
b.     Kelompok Teritorial
Pada awal pertumbuhannya sebuah kampung Orang Baduy yang disebut babakan dapat dianggap sebagai kelompok teritorial terkecil yang terdiri dari dua atau tiga buah rumah dan dihuni oleh keluarga inti yang berkerabat batas antara satu rumah dengan lainnya, adalah tanah yang diratakan lahan untuk Babakan tidak dibatasi dengan tegas karena lahan milik bersama. Bentuk dan bahan rumah keluarga inti sama dengan kampung induknya, dan paling sedikit memiliki 2 pintu yaitu depan dan belakang. Rumah dasar tidak memiliki kamar, dan seluruh ruang rumah itu terdiri dari tiga kerangka, yaitu rangka atap depan, rangka atap belakang, dan rangka atap panjang.

5.     Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan masyarakat Baduy adalah Pikukuh yang artinya memegang teguh segala perangkat peraturan yang telah di turunkan oleh leluhur. Kelompok masyarakat dalam kehidupan sehari-hari tidak mengenal tulisan segala yang berhubungan dengan peraturan hukum, adat istiadat, kisah-kisah nenek moyang dan kepercayaan mereka diturunkan dan diwariskan kepada anak cucu mereka. Dalam hal pengetahuan masyarakat Suku Baduy memiliki sifat toleransi, tata krama, jiwa sosial, dan teknik bertani yang diwariskan oleh para leluhurnya.
Dalam pendidikan modern masyarakat Baduy masih tertinggal jauh, namun mereka belajar secara otodidak, jadi masyarakat Baduy sebetulnya sangat informasional dan mengetahui informasi. Hal ini ditunjang kegemaran sebagai orangwarayan atau disebut dengan pengembara. Ada beberapa kemungkinan bahwa masyarakat Baduy telah lama banyak digantikan dengan budaya baru, hal itu menandakan sebetulnya budaya sangat relatif dan adatif di kalangan masyarakat Suku Baduy.

6.     Kesenian
Untuk kesenian sendiri dari alat musik, masyarakat Baduy memiliki Angklung BuhunBuhun sendiri mempunyai arti tua atau kuno. Hal ini mengindikasikan bahwa kemunculan dari Angklung Buhun sendiri hampir bersamaan dengan kemunculan masyarakat Baduy. Secara spesifik tidak terdapat perbedaan yang terlalu mencolok dari Angklung Buhun terhadap angklung secara umum yang dikenal, hanya yang membedakan pada pernak-pernik saja. Namun masyarakat Baduy sangat menjaga dan juga menggunakan atau mengaplikasikan penggunaan Angklung Buhun dalam upaya penerapan atau pelaksanaan upacara adat mereka. Hal ini juga yang menjadikan Angklung Buhun menjadi ciri khas atau identitas kesenian dari Baduy yang tidak dijumpai ditempat lain sebagai penguat dari bagian kebudayaan mereka.

7.     Religi
Penduduk Baduy menganut agama khusus yang disebut Sunda Wiwitan atau Sunda Asli. Menurut krusemen (garna 1987), agama Sunda Wiwitan itu pada prinsipnya adalah agama Budha yang dipengaruhi oleh Hindu dan Islam. Agama Sunda Wiwitan juga disebut agama Islam Sunda atau agama Adam, mereka mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa yang mereka sebut "Batara Tunggal" dan mereka juga mengakui adanya Nabi Adam, Nabi Muhammad SAW dan syahadat seperti dalam ajaran Islam. Tetapi mereka tidak melaksanakan ibadah agamanya dengan apa yang orang Islam lakukan. Kepercayaan mereka terhadap Islam masih dicampur dengan kepercayaan dan adat istiadat yang kuat.
Dalam melaksanakan ibadahnya, orang Baduy dibuktikan dengan membuka ladang atau bercocok tanam. Bercocok tanam merupakan suatu keharusan bagi mereka dan harus dijalankan, maka jika ada diantara mereka yang tidak melaksanakan perintah agama disebut juga orang yang tidak beragama dan agama mereka juga mengajarkan bahwa manusia di dunia ini tidak boleh mencari kesenangan yang berlebih-lebihan dan harus merasa cukup dengan apa yang telah diperolehnya. Berdasarkan agama mereka, mereka harus menjalankan 3 hari dalam satu tahun yang disebut 'Kawalu" yang terdiri atas puasa kawalu kahaji, kawalu kadua dan kawalu tutug.
Kehidupan religi mereka selalu dipenuhi dengan aktivitas puasa adat yang rutin dan teratur sesuai dengan waktu-waktu tertentu atau tanggal adat yang telah ditentukan.


DAFTAR PUSTAKA
Melalui.http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya. diakses Selasa, 26 Mei 2015.
Melalui.http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Sunda. diakses Selasa, 26 Mei 2015.
Melalui.http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Kanekes. diakses Selasa, 26 Mei 2015.
Melalui.http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1153/ngahuma. Diakses Selasa, 26 Mei 2015.

Rizki Sanjaya, Mahasiswa Sastra Sunda Unpad.

2 comments:

  1. Makasih, sangat membantu 🙏🏻
    Kalau penjelasan tentang unsur budaya suku asing lainnya ada nggak?🙏🏻🙏🏻

    ReplyDelete
  2. Anonymous19/2/24 07:57

    Μου αρέσει να διαβάζω άρθρα για τις κουλτούρες των άλλων, γι' αυτό ως Έλληνας πολίτης χαίρομαι πολύ που γνωρίζω τον πολιτισμό σας

    ReplyDelete