Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta
yaitu buddhayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang
berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.
Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya Sunda adalah budaya yang tumbuh dan hidup dalam masyarakat Sunda. Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang
sangat menjunjung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter masyarakat Sunda
adalah periang, ramah-tamah (soméah), murah senyum, lemah-lembut, dan
sangat menghormati orang tua. Itulah cermin budaya masyarakat
Sunda.
Ada satu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten yaitu
Baduy. Populasi mereka sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan mereka merupakan
salah satu suku yang menerapkan isolasi dari
dunia luar. Selain itu mereka juga memiliki keyakinan tabu untuk
difoto, khususnya penduduk wilayah Baduy dalam.
Tentunya dengan adanya kelompok masyarakat adat tersebut,
yang merupakan sub-etnis Sunda, tentu mereka pun memiliki tujuh unsur
kebudayaan Sunda di dalamnya.
1.
Sistem Peralatan dan Teknologi
Peralatan
dan Teknologi masyarakat Baduy berpusat pada daur pertanian yang diolah
menggunakan peralatan yang masih sangat sederhana dalam adat Baduy terutama
Baduy dalam masyarakat tidak boleh menggunakan peralatan yang modern, mereka
mengandalkan peralatan yang masih sangat primitif seperti bedog, kampak, cangkul,
dll.
Masyarakat
Baduy tidak boleh menggunakan peralatan dari luar, salah satu contoh sarana
yang mereka buat tanpa bantuan dari peralatan luar adalah bambu, jembatan ini
dibuat dengan tidak menggunakan paku untuk mengikat batang bambu menggunakan
ijuk, dan untuk menopang pondasi jembatan menggunakan pohon-pohon yang tumbuh
ditepi sungai.
2.
Bahasa
Dalam
berkomunikasi sehari-hari, masyarakat Baduy menggunakan Bahasa Sunda dialek
Sunda-Banten. Bahasa Sunda asli ‘buhun’ yang tidak terpengaruh oleh budaya
luar seperti undak-usuk basa, masih tetap digunakan atau dipraktekkan
sehari-hari oleh masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar.
Sementara
itu dalam berkomunikasi dengan masyarakat luar Baduy, mereka dapat menggunakan
Bahasa Indonesia, artinya mereka bisa menyesuaikan dengan situasi atau keadaan
tergantung dari lawan berbicaranya, meskipun Bahasa Indonesia ini tidak mereka
dapatkan dalam pendidikan formal. Mereka juga sudah terbiasa berinteraksi
dengan pengunjung. Bahkan mereka sering menjadi penunjuk jalan atau pengangkut
barang.
Tradisi
lisan merupakan suatu tradisi yang masih kuat dirasakan terutama pada
masyarakat Baduy Dalam, mereka (Kanekes) hanya menyimpan dan menyampaikan
cerita nenek moyang, adat istiadat, dan kepercayaan atau agama melalui lisan
secara turun temurun dari satu generasi kepada generasi selanjutnya, artinya
arsip atau sumber tertulis bisa dikatakan minim atau bahkan tidak ada.
3.
Mata Pencaharian
Mata
pencarian masyarakat Baduy yang paling utama adalah bercocok tanam padi huma
dan berkebun serta membuat kerajinan koja atau tas dari kulit kayu, mengolah
gula aren, tenun dan sebagian kecil telah mengenal berdagang.
Orang
Baduy tak saja mandiri dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
Mereka tak membeli beras, tapi menanam sendiri. Mereka tak membeli baju, tapi
menenun kain sendiri.. Kayu sebagai bahan pembuat rumah pun mereka tebang di
hutan mereka, yang keutuhan dan kelestariannya tetap terjaga.
Dalam
bercocok tanam, mereka tak menggunakan pupuk buatan pabrik. Mereka juga
membangun dan memenuhi sendiri kebutuhan untuk pembangunan insfrasuktur seperti
jalan desa, lumbung padi, dan sebagainya.
Orang
Baduy menjual hasil pertaniannya dan buah-buahan melalui para tengkulak. Mereka
juga membeli kebutuhan hidup yang tidak diproduksi sendiri di pasar. Pasar bagi
orang Kanekes terletak di luar wilayah Kanekes seperti pasar Kroya, Cibengkung,
dan Ciboleger.
4.
Organisasi Sosial
a. Kelompok
Kekerabatan
Orang
Baduy mengelompok menurut asal keturunan tangtu, yaitu keluarga luar yang
tinggal dalam satu kampung. Ada tiga kelompok kekerabatan dalam kesatuan Orang
tangtu, yaitu tangtu Cikeusik, tangtu Cikartawana dan tangtu Cibeo. Adapun
hierarki kekerabatan itu sesuai dengan urutan Cikeusik, Cikartawana dan Cibeo.
b. Kelompok
Teritorial
Pada
awal pertumbuhannya sebuah kampung Orang Baduy yang disebut babakan dapat
dianggap sebagai kelompok teritorial terkecil yang terdiri dari dua atau tiga
buah rumah dan dihuni oleh keluarga inti yang berkerabat batas antara satu
rumah dengan lainnya, adalah tanah yang diratakan lahan untuk Babakan tidak
dibatasi dengan tegas karena lahan milik bersama. Bentuk dan bahan rumah
keluarga inti sama dengan kampung induknya, dan paling sedikit memiliki 2 pintu
yaitu depan dan belakang. Rumah dasar tidak memiliki kamar, dan seluruh ruang
rumah itu terdiri dari tiga kerangka, yaitu rangka atap depan, rangka atap
belakang, dan rangka atap panjang.
5.
Sistem Pengetahuan
Sistem
pengetahuan masyarakat Baduy adalah Pikukuh yang artinya
memegang teguh segala perangkat peraturan yang telah di turunkan oleh
leluhur. Kelompok masyarakat dalam kehidupan sehari-hari tidak mengenal
tulisan segala yang berhubungan dengan peraturan hukum, adat istiadat,
kisah-kisah nenek moyang dan kepercayaan mereka diturunkan dan diwariskan
kepada anak cucu mereka. Dalam hal pengetahuan masyarakat Suku Baduy
memiliki sifat toleransi, tata krama, jiwa sosial, dan teknik bertani yang
diwariskan oleh para leluhurnya.
Dalam
pendidikan modern masyarakat Baduy masih tertinggal jauh, namun mereka belajar
secara otodidak, jadi masyarakat Baduy sebetulnya sangat informasional dan
mengetahui informasi. Hal ini ditunjang kegemaran sebagai orangwarayan atau
disebut dengan pengembara. Ada beberapa kemungkinan bahwa masyarakat Baduy
telah lama banyak digantikan dengan budaya baru, hal itu menandakan sebetulnya
budaya sangat relatif dan adatif di kalangan masyarakat Suku Baduy.
6.
Kesenian
Untuk
kesenian sendiri dari alat musik, masyarakat Baduy memiliki Angklung Buhun. Buhun sendiri
mempunyai arti tua atau kuno. Hal ini mengindikasikan bahwa kemunculan dari
Angklung Buhun sendiri hampir bersamaan dengan kemunculan
masyarakat Baduy. Secara spesifik tidak terdapat perbedaan yang terlalu
mencolok dari Angklung Buhun terhadap angklung secara umum yang dikenal, hanya
yang membedakan pada pernak-pernik saja. Namun masyarakat Baduy sangat menjaga
dan juga menggunakan atau mengaplikasikan penggunaan Angklung Buhun dalam
upaya penerapan atau pelaksanaan upacara adat mereka. Hal ini juga yang
menjadikan Angklung Buhun menjadi ciri khas atau identitas
kesenian dari Baduy yang tidak dijumpai ditempat lain sebagai penguat dari
bagian kebudayaan mereka.
7.
Religi
Penduduk
Baduy menganut agama khusus yang disebut Sunda Wiwitan atau Sunda
Asli. Menurut krusemen (garna 1987), agama Sunda Wiwitan itu
pada prinsipnya adalah agama Budha yang dipengaruhi oleh Hindu dan Islam.
Agama Sunda Wiwitan juga disebut agama Islam Sunda
atau agama Adam, mereka mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa yang mereka
sebut "Batara Tunggal" dan mereka juga mengakui adanya
Nabi Adam, Nabi Muhammad SAW dan syahadat seperti dalam ajaran Islam. Tetapi
mereka tidak melaksanakan ibadah agamanya dengan apa yang orang Islam lakukan.
Kepercayaan mereka terhadap Islam masih dicampur dengan kepercayaan dan adat
istiadat yang kuat.
Dalam
melaksanakan ibadahnya, orang Baduy dibuktikan dengan membuka ladang atau
bercocok tanam. Bercocok tanam merupakan suatu keharusan bagi mereka dan harus
dijalankan, maka jika ada diantara mereka yang tidak melaksanakan perintah
agama disebut juga orang yang tidak beragama dan agama mereka juga mengajarkan
bahwa manusia di dunia ini tidak boleh mencari kesenangan yang berlebih-lebihan
dan harus merasa cukup dengan apa yang telah diperolehnya. Berdasarkan agama
mereka, mereka harus menjalankan 3 hari dalam satu tahun yang disebut 'Kawalu" yang
terdiri atas puasa kawalu kahaji, kawalu kadua dan kawalu
tutug.
Kehidupan
religi mereka selalu dipenuhi dengan aktivitas puasa adat yang rutin dan
teratur sesuai dengan waktu-waktu tertentu atau tanggal adat yang telah
ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Melalui.http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya.
diakses Selasa, 26 Mei 2015.
Melalui.http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Sunda.
diakses Selasa, 26 Mei 2015.
Melalui.http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Kanekes.
diakses Selasa, 26 Mei 2015.
Melalui.http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1153/ngahuma.
Diakses Selasa, 26 Mei 2015.
Melalui.http://miragustina90.blogspot.com/2014/03/mata-pencaharian-suku-badui-baduy.html.
diakses Selasa, 26 Mei 2015.
Melalui.http://ratuhotelserang.com/news-event/15/upacara-adat-seba-baduy.html. Diakses
26 Mei 2015.
Melalui.http://sitiparadise-budaya-budaya.blogspot.com/2009/01/religi-dan-sistem-kepercayaan.html.
diakses Selasa, 26 Mei 2015.
Melalui.http://unj-pariwisata.blogspot.com/2012/05/sistem-teknologi-masyarakat-baduy.html.
diakses Selasa, 26 Mei 2015.
Melalui.http://unj-pariwisata.blogspot.com/2012/05/sitem-pengetahuan.html.
diakses Selasa, 26 Mei 2015.
Rizki Sanjaya, Mahasiswa Sastra Sunda Unpad.
Makasih, sangat membantu 🙏🏻
ReplyDeleteKalau penjelasan tentang unsur budaya suku asing lainnya ada nggak?🙏🏻🙏🏻
Μου αρέσει να διαβάζω άρθρα για τις κουλτούρες των άλλων, γι' αυτό ως Έλληνας πολίτης χαίρομαι πολύ που γνωρίζω τον πολιτισμό σας
ReplyDelete