30 November 2015

Rasisme dalam Dunia Sepakbola

Sepakbola adalah cabang olahraga yang menggunakan bola yang terbuat dari bahan kulit dan dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan 11 orang pemain inti dan sebagai cadangan. Memasuki abad ke-21, olahraga ini telah dimainkan oleh lebih dari 250 juta orang di 200 negara, yang menjadikannya olahraga paling populer di dunia. Sepakbola bertujuan untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya dengan menggunakan bola ke gawang lawan. Sepakbola dimainkan dalam lapangan yang berbentuk persegi panjang, di atas rumput atau rumput sintetis.
Sejarah olahraga ini dimulai sejak abad ke-2 dan ke-3 sebelum masehi di Cina. Di masa Dinasti Han tersebut, masyarakat menggiring bola kulit dengan menendangnya ke jaring kecil. Permainan serupa juga dimainkan di Jepang dengan sebutan Kemari. Di Italia, permainan menendang dan membawa bola juga digemari terutama mulai abad ke-16.
Sepakbola modern mulai berkembang di Inggris dan menjadi sangat digemari. Di beberapa kompetisi, permainan ini menimbulkan banyak kekerasan selama pertandingan sehingga akhirna Raja Edward III melarang olahraga ini dimainkan pada tahun 1365. Raja James I dari Skotlandia juga mendukung larangan untuk memainkan sepakbola. Pada tahun 1815, sebuah perkembangan besar menyebabkan sepakbola menjadi terkenal di lingkungan universitas dan sekolah. Kelahiran sepakbola modern terjadi di Freemasons Tavern pada tahun 1863 ketika 11 sekolah dan klub berkumpul dan merumuskan aturan baku untuk permainan tersebut. Bersamaan dengan itu, terjadi pemisahan yang jelas antara olahraga rugby dengan sepakbola (soccer). Pada tahun 1869, membawa bola dengan tangan mulai dilarang dalam sepakbola. Selama tahun 1800-an, olahraga tersebut dibawa oleh pelaut, pedagang, dan tentara Inggris ke berbagai belahan dunia. Pada tahun 1904, asosiasi tertinggi sepakbola dunia (FIFA) dibentuk dan pada awal tahun 1900-an, berbagai kompetisi dimainkan di berbagai negara.
Federation International Football Association atau yang sering disingkat FIFA ini merupakan induk dari sepakbola dunia. Semua kompetisi resmi dari sebuah negara, entah itu amatir hingga kelas profesional ada di bawah naungannya. Sebuah badan yang mengawasi dan menjadi tempat pengaduan apabila ada kejanggalan dalam sebuah liga di negara tertentu.
Sepakbola, olahraga yang dimainkan di sebuah lapangan yang memiliki diameter kurang lebih 110 x 60 meter ini, dalam kenyataannya telah menjelma menjadi olah raga yang paling populer dan digemari oleh seluruh warga di dunia. Entah itu laki-laki atau perempuan, tua atau muda, hampir seluruh orang di dunia ini menyukai olah raga satu ini. Tidak sedikit orang yang melampiaskan kecintaannya ini dengan hal yang cenderung tidak dibenarkan dalam kehidupan ini. Yaitu rasisme. Rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu, bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya. Saat ini rasisme dalam sepakbola semakin terasa adanya, terlebih hal tersebut telah menjadi sorotan dunia luas ini. Para wartawan olah raga banyak yang mencari bahan seperti rasisme untuk menjual berita yang dimuatnya. Bahkan hal seperti ini malah menjadi sebuah berita yang sudah pasti akan laku di pasaran.
Di Afrika sana tempat berkumpulnya ras kulit hitam, tentu tidak terlalu menjadi sorotan. Tetapi berbeda ketika seorang pemain sepakbola yang berasal dari benua Afrika dan kebetulan berkulit hitam, sering menjadi bahan cemoohan pendukung kesebelasan negara lain. Tidak hanya level negara, cemoohan paling parah biasanya dapat menimpa seorang pesepakbola asal klub-klub lokal di negara tempat ia bermain. Benua Eropa menjadi benua yang paling banyak melakukan tindakan rasisme. Benua yang mayoritas memiliki warga berkulit putih ini seakan-akan menjadi tempat yang paling keras dalam hal rasisme. Dilatarbelakangi oleh perseteruan hebat di dalamnya, terutama dalam level klub-klub lokal di dalamnya, gesekan yang ditimbulkan antara pendukung kesebelasan yang satu terhadap lainnya, akan berimbas juga terhadap pemain. Tak jarang ketika berlangsungnya sebuah pertandingan, para pendukung kesebelasan melakukan siulan-siulan bernada cemoohan bagi para pemain kulit hitam, terutama pada saat mereka sedang menggiring bola. Bukan hanya siulan, yang paling parah tentu saja para pendukung kesebelasan lawan banyak pula yang menirukan gerakan menyerupai simpanse sebagai bentuk cemoohan terhadap para pemain berkulit hitam. Selain menyerupai gerakan simpanse, ada pula yang melakukan lemparan ke dalam lapangan yang diaplikasikan dalam bentuk buah pisang sebagai bentuk rasisme yang dimaksudkan pisang tersebut adalah makanan favorit seekor simpanse.
Di sebuah wilayah negara Inggris, tepatnya Kota Birmingham ada sebuah firm dari klub Birmingham City dan Aston Villa yang dikomandoi oleh orang-orang berkulit hitam. Ejekan dari pendukung lawan sering juga ditujukan terhadap para pendukung dari dua kesebelasan tersebut, di luar dari kebiasaan mencemooh para pemain lawan.
Di Eropa sana, bentuk rasisme sudah sangat parah. Bahkan bisa merujuk pada kubu-kubu pemeluk agama yang berbeda. Di Skotlandia misalnya, dua klub terbesar di negara tersebut yang terletak di Kota Glasgow yang terbagi menjadi dua kubu yang terbesar yaitu kubu dari Glasgow Celtic dan Glasgow Rangers. Dua tim yang mendominasi Kota Glasgow bahkan bisa dikatakan merajai Skotlandia ini merupakan tim dengan tingkat permusuhan yang tinggi. Pertandingan yang mempertemukan keduanya sering disebut old firm derby. Salah satu yang menjadi alasan mengapa sering terjadi pertikaian di dalamnya adalah politik dan pertikaian antara Katolik dan Protestan di Irlandia Utara.
Pendukung Katolik kebanyakan ada di pihak Celtic, sedangkan mereka yang beragama Protestan ada di pihak Rangers. Konflik ini berawal dari Irlandia. Irlandia Utara, sebuah wilayah di utara Republik Irlandia pada awalnya beragama Katolik. Hingga akhirnya sekitar tahun 1600-an tentara Inggris mendarat di ujung utara negara tersebut dan menyita tanah para petani dan membagi-bagikannya untuk para pendatang dari Inggris yang mayoritas menganut protestan. Dari sejak awal inilah, kebencian pada Inggris, kerajaan Inggris, tentaranya, dan agamanya berawal.
Kaum Protestan kemudian menjadi mayoritas di Irlandia Utara dan memihak penguasaan Inggris atas Irlandia Utara. Di pihak lain, Katolik yang menjadi minoritas menolak segala bentuk penjajahan dan ingin terbebas dari pengaruh Inggris Raya, sehingga mereka bergabung dengan Republik Irlandia sebelah selatan.
Jadinya, aneh sekali. Meski ini sebuah liga Skotlandia, tapi jarang sekali bendera Skotlandia berkibar. Kubu Celtics mengacungkan bendera tiga warna mereka. Rangers mengibarkan bendera Union Inggris, mewakili kiblat orientasi politik mereka.
Selain kisah di atas, di Inggris pun, banyak kelompok menyatakan bahwa mereka anti-Islam. Salah satunya menamakan kelompok mereka English Defence League, atau yang dikenal sebagai gerakan bawah tanah yang secara nyata menyatakan bahwa mereka anti-Islam. Kebanyakan dari mereka adalah kaum fasis, gerakan sayap kanan yang berfokus pada perlawanan terhadap apa yang dianggap sebagai penyebaran Islamisme dan Syariah Islam di Inggris. Aksi yang mereka jalankan selain demonstrasi ada juga yang dilakukan di stadion-stadion sepakbola di Inggris. Meski tidak semua pendukung di Inggris tergabung dalam English Defence League, ada juga pihak yang kontra dengan mereka, terutama mereka yang menyatakan menolak fasis. Demo-demo seperti unite against fascism  pun banyak terjadi di Inggris.
Sepakbola penuh dengan muatan politik, terutama yang berhubungan dengan gerakan sayap kanan dan kiri. Banyak pihak yang memanfaatkannya, dan juga yang mengambil garis aliran firm-firm mereka. Di Italia sana sangat jelas bagaimana para pendukung AC Milan yang ada di pihak kanan dan pro-pemerintahan, bertolak belakang dengan para pendukung Inter Milan yang kebanyakan anti pemerintahan sehingga memilih gerakan kiri. Sehingga sering dibunyikan nada-nada keras dan cemoohan yang ditujukan kepada rival lawan tanding, hingga kemungkinan terjadi bentrokan sangat tinggi.
Dalam hal rasisme, mungkin negara-negara pecahan Uni Soviet menjadi juaranya. Karena dalam satu negara saja sering terbagi menjadi dua golongan, ada yang pro-Eropa dan ada yang tetap pron-Uni Soviet. Sehingga berimbas pada perkataan-perkataan rasis yang ditujukan pada golongan tertentu.
Pada saat ini terutama dengan semakin majunya media elektronik, tentu kita bisa memantau hal-hal yang berbau rasisme. Saat ini FIFA sering mengajak kita untuk bergabung bersama gerakan anti rasis. Tagline seperti Unite Against Racism, dan Respect menjadi andalan dari FIFA untuk bersama bergabung bersama gerakan anti-rasis.


DAFTAR PUSTAKA
Melalui. http://en.wikipedia.org/wiki/English_Defence_League. diakses Jumat, 24 Oktober 2014.
Melalui. http://gilabola.com/derby-paling-berdarah-celtics-vs-rangers/. diakses Jumat, 24 Oktober 2014.
Melalui. https://id.wikipedia.org/wiki/Rasisme. diakses Jumat, 24 Oktober 2014.
Melalui. https://id.wikipedia.org/wiki/Sepak_bola. diakses Jumat, 24 Oktober 2014.


Rizki Sanjaya, Sastra Sunda Unpad.

No comments:

Post a Comment