7 March 2020

FTV Movie Award 2020: Pemuda, Film, dan Kota Bandung

Tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan yang namanya film. Di era sekarang, film bukan barang yang sulit untuk ditemukan. Bahkan untuk membuat sebuah film, dan belajar layaknya seorang sutradara kini tak sesulit dahulu. Kini orang-orang lebih mudah untuk dekat dengan film, entah untuk mempelajari ataupun sekadar menikmati.

Pada hakikatnya, film merupakan pengisahan kejadian dalam waktu (Eneste, 1991:16). Tetapi kejadian dalam film tidak berkonotasi pada “kelampauan”, melainkan berkonotasi pada “kekinian”, pada sesuatu yang “sedang” terjadi. Contohnya ketika kita melihat sebuah adegan pembunuhan dan pemerkosaan, dalam sebuah pengemasan yang baik, kita yang berposisi sebagai penonton bisa ikut terbawa perasaan cemas dan ngeri atas filmnya yang tersaji, sebab kejadian itu disajikan langsung lewat layar lebar di depan mata.

Banyak insan muda yang ingin menuangkan ide kreatif yang didapat dari lingkungannya lewat film. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh para mahasiswa dari ARS University. Bulan Februari kemarin, para mahasiswa ini membuat sebuah acara di Auditorium lantai tiga Bandung Creative Hub dengan judul acara “FTV Movie Award 2020”. Acara ini adalah kolaborasi antara Fakultas Komunikasi dan Desain, Prodi Ilmu Komunikasi, dengan UKM Sineas. Acara ini adalah pemutaran 13 film pendek dari mahasiswa angkatan 2018. Iswanto yang merupakan ketua pelaksana acara “FTV Movie Award 2020” ini menjelaskan bahwa acara ini ke depannya akan menjadi budaya turun-temurun. Sebab acara yang baru berlangsung kali ini, adalah volume pertama dari acara tersebut. Hal ini dilaksanakan sebagai respon antusiasme perfilman di kampus yang cukup banyak, namun tidak ada yang mewadahinya. Akhirnya mahasiswa mengadakan kolaborasi dengan UKM Sineas untuk membentuk acara ini.

Renaldi Permana, dosen Prodi Ilmu Komunikasi, ARS University yang berperan sebagai penanggung jawab acara dan Pembina UKM Sineas menjelaskan bahwa awal mula ia mendapatkan proses kreatif di bidang perfilman adalah ketika ia baru masuk ke ARS University, setelah sebelumnya sempat berkuliah di jurusan Teknik Elektro. Di ARS University, ia mengambil fokus di Ilmu Komunikasi penjurusan Televisi dan Film. Di kampus, selain belajar teori, namun jangan sampai mengesampingkan praktik secara langsung, hal ini selaras dengan apa yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Bapak Nadiem Makarim.

Masih menurut Renaldi, beberapa metode yang awalnya ia coba lakukan ketika mulai fokus ke perfilman adalah mengambil, mencoba, dan terus memperdalam ilmu di perfilman itu sendiri menggunakan dengan cara trial and error, hingga kemudian hasil yang didapat pun akan lebih baik.

Perfilman seakan menjadi salah satu seni kreatif yang menjanjikan, di mana dengan ide cerita yang baik dan eksekusi lewat audio visual yang baik pula, industri film di Kota Bandung tentunya bisa menjadi salah satu penyaluran ekonomi kreatif yang potensial. Namun Renaldi mengatakan, sayangnya Kota Bandung masih belum dilirik sebagai kota perfilman. Image Kota Bandung sebagai kota musik sampai saat ini masih melekat. Itulah yang dirasakan Renaldi saat ini. Sebagai salah satu penggiat kreatif, beliau rasa Kota Bandung masih belum terlalu muncul di khalayak. Oleh karena itu, salah satu harapannya adalah ke depannya fasilitas publik yang sudah disediakan bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh masyarakat, agar industri perfilman di Kota Bandung tidak kalah dengan kota lain.

Tidak hanya dari segi fasilitas, harapan lain yang diutarakan Iswanto untuk perfilman Kota Bandung adalah sensor yang berlaku. Karena ide kreatif kadang harus terhalang dengan adanya sensor yang mengharuskan kita untuk menghindarinya, sekalipun ide tersebut memang orisinil dan out of the box.

Bandung Creative Hub sebagai fasilitator dalam acara ini membuat Iswanto, dan teman-teman mahasiswa lain seakan memiliki rumah untuk bergiat di dunia perfilman seperti yang mereka lakukan sekarang. Selain itu, Renaldi juga menambahkan harapannya untuk Bandung Creative Hub pada masa mendatang, adalah lebih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang berlangsung di dalamnya, entah itu diskusi, screening film, atau lainnya. Bahkan semoga nantinya Bandung Creative Hub bisa mengakomodir kegiatan-kegiatan yang mendatangkan orang luar untuk tahu industri kreatif di Kota Bandung.

Bandung dikenal dengan kota kreatif, tapi hal itu akan terasa kurang terlihat karena fasilitas yang tidak didukung. Lewat acara “FTV Movie Award 2020” ini, diharapkan akan menumbuhkan kembali semangat-semangat kreatif insan perfilman Kota Bandung dan meyakinkan bahwa fasilitas-fasilitas yang diberi memang mendukung dunia industri kreatif agar lebih maju lagi.

creativehub.bdg zine! Volume 01.
Rizki Sanjaya, Maret 2020.

No comments:

Post a Comment