11 January 2019

Vizcarra, Lopicic, dan Sisi Profesionalisme Memilih Pemain


Memasuki waktu petang di hari rabu ini, gejolak lini masa dihebohkan oleh pemberitaan dua rekrutan baru Persib untuk kompetisi musim 2019. Saking mengharuskannya fokus pada hal tersebut, tumpukan berkas di kantor tak lagi bermakna karena mau tak mau hal yang sedang ramai diperbincangkan ini berkaitan langsung dengan gairah hidup warga Bandung keseluruhan.
Dua rekrutan yang disajikan mendapat dua pandangan dan sambutan yang berbeda. Karena tanpa disetir pun, bobotoh sudah punya standar tersendiri pemain seperti apa yang berhak mengenakan seragam biru tua dengan dua bintang di dada kebanggaannya. Dua nama yang dimaksud adalah Esteban Vizcarra dan Srdan Lopicic.
***
Esteban Gabriel Vizcarra pria kelahiran Argentina 32 tahun lalu ini sudah hampir sepuluh tahun berkiprah di kompetisi sepakbola Indonesia. Istilah asam-garam tentu padanan yang pas atas perjalanan karir yang pernah ia rasakan. Termasuk hal yang pasti ia tak mungkin lupakan; ditolak oleh klub yang kini meminangnya.
Medio 2010 saat ia belum merubah statusnya menjadi WNI, Vizcarra memang pernah mengikuti seleksi di Persib. Saat itu nama Vizcarra lebih memikat di hadapan pelatih Daniel Darko Janackovic dibanding nama Zah Rahan yang saat itu sedang dalam performa terbaik. Bahkan atas keputusan Darko juga lah bobotoh sempat mempertanyakan kredibilitas pelatih asing tersebut, karena bukan hanya Zah Rahan yang ia tolak, namun pemain belakang sekaliber Abanda Herman yang saat itu sedang bagus-bagusnya juga ia tolak mentah-mentah.
Ketakpercayaan publik Bandung terhadap Darko mulai menemui puncaknya. Entah angin dari mana, gelaran Inter Island Cup 2010 yang mempertemukan Persib di Grup B bersama Persiba Balikpapan dan tuan rumah Sriwijaya FC seakan menjadi penghakiman bagi skuat yang akan mengarungi kompetisi musim 2010/2011. Benar saja, Persib mengakhiri turnamen tersebut sebagai juru kunci dengan total 3 poin. Hasil dari kemenangan 3-2 melawan Persiba Balikpapan lalu dikalahkan 0-6 oleh Sriwijaya FC. Tak perlu diceritakan kisruh seperti apa yang saat itu terjadi, namun seiring berakhirnya turnamen pra-musim tersebut, berakhir juga lah kiprah Darko bersama Persib juga Vizcarra di dalamnya.
***
Nama Srdan Lopicic sendiri sudah sering penulis dengar sejak beberapa tahun silam. Alih-alih mengenal pria kelahiran 35 tahun silam karena permainannya, penulis lebih sering dibisingkan oleh komentar dari Rendra Soedjono yang berlebihan pada setiap adegan yang tersaji di layar televisi. Bukan malah tertarik, seringkali channel televisi sengaja dipindah guna mencari tontonan lainnya.
Bukan faktor itu saja yang membuat penulis kurang mengenal sosok Lopicic, yang sangat dirasakan, gairah menonton Liga Indonesia harus diakui semakin menurun setiap tahunnya seiring prestasi timnas yang stagnan, kualitas liga yang tidak semakin membaik, dan kontroversi-kontroversi yang berkembang sekian tahun ini. Namun tetap saja, seacuh apapun terhadap liga, semesta pasti memberitakan siapa saja yang bermain baik dan layak diapresiasi. Namun maaf, nama Lopicic tidak semenonjol itu dalam pengamatan penulis. Kalah jauh dibandingkan dengan Miljan Radovic seorang.
***
Sebagai bagian penutup, penulis tak mau berspekulasi terlalu jauh terhadap dua rekrutan baru Persib tersebut. Biar waktu yang menjawabnya. Penulis lebih senang menyimak kiprah manajemen yang dari tahun ke tahun tak pernah belajar dari pengalaman sebelumnya.
Bukan sekali dua kali Persib gagal dalam hal rekrutmen. Dari kasus membeli kucing dalam karung, all-in dari penawaran agen pemain, hingga selentingan-selentingan pemain titipan yang berkembang di permukaan seakan tak pernah ada upaya perbaikan untuk tahun-tahun yang akan datang.
Yang jelas, alih-alih memberi kejutan bagi para penggemarnya, lagi-lagi komentar miring yang keluar dari mulut para penggemarnya. Oh iya, kasus Victor Igbonefo itu bagaimana ceritanya ya? Cukupkah hanya dengan ucapan maaf dan terima kasih? Kembali sisi keprofesionalan manajemen dipertanyakan. Kalau memang mau dibilang klub maju, ya blak-blakan saja terbuka ke media sistem kepindahannya bagaimana, apa keuntungannya, apa kerugiannya. Toh tujuan kalian memegang Persib pun untuk dinikmati publik bukan?




No comments:

Post a Comment