22 February 2016

Pamass Unpad Gelar Miéling Poé Basa Indung Sadunya


Aksi Teatrikal berjudul Story of Mama dengan maksud mengeritik penggunaan bahasa Sunda
yang mulai dilupakan oleh warga Bandung,di Car Free Day Dago Bandung. (21/2)

BANDUNG, - Meski tidak ditetapkan sebagai hari libur nasional, masyarakat khususnya generasi muda harus sadar bahwa bahasa merupakan ciri suatu bangsa.
Di kawasan Car Free Day Jalan Dago, massa yang mengatasnamakan Pamass Unpad tidak ketinggalan memperingati hari di mana seluruh dunia ikut serta dalam Hari Bahasa Ibu Sedunia.
Ketua Pamass Herdianto menjelaskan bahwa aksi kali ini diselenggarakan atas dasar keprihatinannya terhadap masyarakat yang memiliki anggapan menggunakan bahasa daerah adalah hal yang tabu. “Aksi kali ini diselenggarakan dalam rangka Miéling Poé Basa Indung Sadunya, kalau bahasa Indonesianya Memperingati Hari Bahasa Ibu Sedunia. Kita turun aksi ke lapangan untuk lebih memperkenalkan bahasa daerah kepada masyarakat di Bandung yang bukan orang Sunda, juga mengingatkan kepada orang Bandung asli yang malah ikut-ikutan melupakan bahasa Sunda sebagai bahasa yang diturunkan ibunya” jelas Herdianto di sela-sela kegiatan Pamass Unpad: Miéling Poé Basa Indung Sadunya di kawasan Car Free Day Jalan Dago, Minggu (21/2).
Berawal dari peribahasa jati kasilih ku junti, Herdianto memiliki keprihatinan terhadap bahasa ibunya saat ini. Selain itu, dia juga menjelaskan bahwa peran pribumi, khususnya orang Sunda dalam mempertahankan bahasa ibunya memiliki peran vital “Harusnya yang jadi warga asli bisa mengajarkan kepada tamunya gimana bahasa Sunda itu. Minimal ngasih contoh. Padahal tidak jarang juga orang yang benar-benar ingin belajar bahasa Sunda, tapi pada kenyataannya di lingkungan tempat tinggalnya tidak mengajarkan demikian”
Koordinator aksi, Robby Gunawan menerangkan aksi kali ini diisi dengan orasi, long march, pembacaan monolog, pembacaan sajak, kacapi suling, aksi teatrikal, juga yang menjadi pusat perhatian pengunjung di kawasan Car Free Day tari Sunda réngkénék. “Tagline acara kali ini Leungit Basana Leungit Budayana. Sengaja bikin panggung terbuka, karena kita di sini bukan ingin merusuh, tapi menampilkan karya. Buktinya banyak warga yang menghampiri meski sekedar bersalaman”
Disinggung tentang aksi teatrikal yang baru saja ditampilkan Robby menjawab “Performing art tadi berjudul Story of Mama, dengan maksud menyampaikan bahwa saat ini bahasa indung cenderung bungkam jika diharuskan berhadapan dengan bahasa lain”
“Ini rutin tiap tahun, 2016 adalah tahun keempat Pamass melakukan aksi seperti ini. Jadi setiap tanggal 21 Februari kita pasti ikut memperingati Hari Bahasa Ibu Sedunia. Ke depannya Insya Allah ingin bikin panggung di sini, masa acara musik diizinkan sedangkan bahasa asli daerah sini tidak?” tegas Herdianto ketika ditemui di panggung terbuka, di pertigaan dekat Jalan Teuku Umar. (rs)

No comments:

Post a Comment