Kata
Kata adalah
satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai
makna. Kata-kata yang dibentuk dari gabungan huruf atau gabungan morfem; atau
gabungan huruf dengan morfem, baru kita akui sebagai kata bila bentukan itu mempunyai
makna.
Didalam
bahasa Sunda Kata atau Kecap terbagi menjadi dua, yaitu: Bentuk (Wangun)
dan Kategori (Warna).
1.1 Bentuk
Bentuk atau Wangun
terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Kata Dasar (Kecap Asal)
Kata dasar adalah kata yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti.
Contoh: Ucing, Indung, Hayam, Sangu, Gawé
Contoh: Ucing, Indung, Hayam, Sangu, Gawé
2. Kata Jadian/Kata berimbuhan (Kecap Rundayan)
Kata jadian
dapat terwujud melalui kombinasi kata dasar dengan afiks. Caranya melalui
proses morfemis yang disebut afiksasi. Afiks sendiri mendukung makna kategorial
bagi kata dasar. Kombinasi dapat berupa; kata dasar (morfem dasar) dengan
morfem terikat; atau morfem terikat dengan morfem terikat.
Afiks:
·
Prefiks
Contoh: Dicium, Dipelong, Patanya, Pagulung, Sideku
·
Infiks
Contoh: Barudak, Sarieun, Darahar, Garering, Paradet
·
Sufiks
Contoh: Sanguan, Gawéan, Cobaan, Coétan,
Garisan
·
Konfiks
Contoh: Dibéakeun, Dikamanakeun, Dikocorkeun, Padamelan, Dicaian
3. Kata Ulang (Kecap
Rajekan)
Kata ulang adalah kata yang diulang, baik sebagian
maupun seluruhnya. Bahasa Sunda memiliki pengulangan dua kali dan pengulangan
tiga kali. Pengulangan yang ada dalam bahasa Sunda, sebagai berikut:
1. dwilingga
pengulangan dengan mengulang seluruh bentuk dasar disebut dwimurni.
Dalam proses morfemis dwimurni dapat berupa:
·
dwimurni
Contoh: Aki-aki, Nini-nini. Buku-buku, Imah-imah, Méja-méja
·
dwireka
Contoh: Tuka-téké, Bubak-babuk, Tutah-titah, Puak-paok, Cukat-cokot
2. dwipurwa
Dikatakan dwipurwa bila pengulangan yang terjadi pada sebagian bentuk
dasar (silabe inisial diulang).
Contoh: Titimang, Kukumbah, Kokoréh, Sasapu, Bobodo
3. trilingga (trileka)
Trilingga adalah pengulangan dengan perubahan bunyi, dan pengulangan
terjadi tiga kali. Dalam hal ini terjadi pula proses morfofonemik berupa
penggantian vokal.
Contoh: Hah héh hoh, Dar dér dor, Tat tit tut, Brat Brét Brot, Trang
Tréng Trong, Dag dig dug, Byar byér byor.
4. Kata Majemuk (Kantetan)
Kata Majemuk adalah gabungan dua kata yang menimbulkan makna baru.
Contoh: Indung Suku, Hampang Leungeun, Beurat Birit, Badak Cihea
1.2 Kategori
Kategori
atau Warna terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Nomina (Kata Benda)
Kata benda
atau nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda baik konkret
maupun abstrak. Jika dicermati lebih lanjut, kata benda tidak lain dari nama
benda yang diacunya. Oleh karena itu, kata benda disebut juga dengan istilah kata
nama (nomina).
Contoh: Sawah, Ucing, Korsi, Sapédah, Buku, Tangkal
·
Pronomina (Kata Ganti)
Pronomina digunakan
untuk mengacu kepada orang.
Contoh: Naon, Saha,
Mana, Iraha, Ieu, Éta
·
Numerial (Kata Bilangan)
Numerial
memiliki batasan, yakni menyuratkan fungsi numerial untuk menghitung benda.
Lebih dari itu, sebenarnya angka-angka, mulai dari minus sekian sampai plus
sekian, tidak lain adalah (sesuatu) benda juga.
Contoh:
Hiji, Dua, Tilu, Opat, Lima, Loba*, Saeutik*
2. Verba (Kata Kerja)
Kata kerja
atau verba adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses,
dan keadaan yang bukan merupakan sifat atau kualitas. Kata kerja pada umumnya
berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.
Contoh: Nembang, Nulis, Dahar, Saré, Maca, Mandi, Lumpat, Leumpang
3. Adjektiva (Kata Sifat)
Kata sifat
atau adjektiva adalah kata yang berfungsi sebagai atribut bagi nomina
(Kata Benda). Atribut berarti tanda atau ciri. Untuk mengenali suatu
benda dan untuk membedakannya dengan benda lain, kita harus memberikan cirri, sifat,
keadaan, atau identitas benda-benda itu.
Contoh:
Geulis, Kasép, Héjo, Mahal, Jauh,
Caket, Isin, Bungah, Gancang, Seungit, Amis, Pait, Haseum, Asin, Buleud, Panas,
Tiis
4. Adverbia (Kata Keterangan)
Kata
keterangan atau adverbia adalah kata yang menerangkan verba,
adjektiva, nomina, adverbia lain, frasa preposisional, dan juga seluruh
kalimat. Letak adverbia dapat mendahului atau mengikuti kata yang
diterangkan.
Contoh: Pisan, Sabenerna, Téréh, Wé, Kurang, Leuwih, Ngan, Ukur, Saukur, Anyar, Cekap, Loba*,
Saeutik*
Catatan: Loba* dan Saeutik* bisa masuk kedalam dua kategori
yaitu Adverbia dan Numerial
"http://rizkimasbox.blogspot.com/2012/12/kata-kecap.html"
DAFTAR PUSTAKA
Djajasudarma, T.F. & Wahid, Abdul Idat. 1987. Gramatika
Sunda. Bandung: Paramaartha.
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Kosasih, E. 2008. Ketatabahasaan Dan
Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya.
Sanjaya, Rizki. http://rizkimasbox.blogspot.com/2012/12/kata-kecap.html.
Sanjaya, Rizki. http://rizkimasbox.blogspot.com/2012/12/kata-kecap.html.
Jatinangor, Rabu, 12 Desember 2012
Rizki Sanjaya, Mahasiswa Sastra Sunda Unpad
No comments:
Post a Comment