24 August 2020

Refleksi 75 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia

Refleksi 75 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia

Rizki Sanjaya

 

“Tujuh belas Agustus tahun empat lima, itulah hari kemerdekaan kita” demikian adalah dua kalimat pembuka dari salah satu lagu nasional berjudul “Hari Merdeka” karangan Husein Mutahar. Lagu “Hari Merdeka” adalah sebuah lagu yang umum kita temui kala memasuki momen perayaan kemerdekaan Republik Indonesia di setiap tahunnya, entah lagu itu diputar dalam bentuk digital, maupun dinyanyikan secara serempak dalam sebuah karnaval perayaan kemerdekaan Republik Indonesia.

Berbicara tentang perayaan kemerdekaan Republik Indonesia, khususnya di tahun 2020 ini, adalah berbicara juga tentang menahan sebuah pola rutinitas tahunan, yang telah terselenggara selama puluhan tahun lamanya. Rutinitas merayakan kemerdekaan yang larut dalam nuansa sukacita dan hingar bingar. Dan rutinitas kegiatan yang menghimpun kerumunan banyak orang, serta ragam atraksi perlombaan gerak tubuh, yang diusahakan memiliki makna dan filosofi mengenang masa-masa perjuangan para pahlawan dalam memerdekakan republik ini.

Di usianya yang genap 75 tahun pada 2020 ini, tak dinyana turut hadir sebuah ironi. Telah sama-sama kita ketahui jika sebuah wabah tak kasat mata bernama Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), yang juga menyisakan banyak dampak negatif bagi berbagai pihak, hadir ke Republik ini hanya beberapa bulan saja sebelum Republik Indonesia menggenapkan usianya menjadi 75 tahun.

Bagaimana dengan perayaan kemerdekaan tahun ini? Apa boleh buat, situasi dan kondisi berkata demikian. Mungkin di balik ini kenyataan ini semua tersembunyi sebuah solusi untuk saling menguatkan, kala ketakberdayaan menjadi cara untuk menuju sebuah persatuan. Bukankah untuk menuju sebuah kemerdekaan diperlukan sebuah perjuangan yang besar? Kiranya dalam kondisi seperti saat ini sekalipun, rasa optimis harus selalu hadir kepada kita semua. Selain juga harus mau saling berintrospeksi dan mawas diri.

Tampil beda, mungkin adalah satu penawaran yang cukup pas untuk memaknai perayaan kemerdekaan pada situasi dan kondisi seperti sekarang ini. Tampil beda adalah padanan frase yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu nampak berlainan dibanding biasanya. Berlainan di sini dapat pula kita maknai dengan pengalihfokusan kebiasaan yang lama (beramai-ramai) kepada kebiasaan yang baru (menjauhi keramaian). Jika dulu perayaan kemerdekaan seakan-akan harus dirayakan secara tatap muka dan berkumpul dalam ruang yang tak kosong, kini ada baiknya peran ruang tersebut kita alihkan kepada ruang virtual terlebih dahulu.

Selain kebiasaan beramai-ramai yang perlu tampil beda, sarana pengekspresian diri pun tentu dapat dialihfungsikan juga. Jika perayaan kemerdekaan sebelum-sebelumnya sering dimaknai dengan aneka macam perlombaan dalam sebuah arena, kini perlombaan tersebut dapat kita alihkan kepada hal yang lebih bernilai konkret, seperti lomba-lomba kekaryaan pada membuat desain grafis, karya tulis, olahan seni suara, serta aneka ragam kesenian lainnya yang tentunya diberi tema dan filosofi perjuangan kemerdekaan, serta hasilnya harus bisa dinikmati publik secara luas.

Akan  menjadi kurang elok rasanya jika momen khidmat perayaan kemerdekaan ini hanya dijadikan ajang untuk berdiam diri, mengumpat, serta terus-menerus meratapi keadaan. Sebagai makhluk yang dikaruniai akal oleh Tuhan Yang Maha Esa, mungkin ini adalah salah satu momen terbaik untuk memaksimalkan setiap potensi yang kita miliki, mencari jalan pemecahan dari setiap persoalan, hingga kita dapat bangkit kembali.


No comments:

Post a Comment