Tentunya
kita sudah tidak asing lagi dengan yang namanya film. Di era sekarang, film bukan
barang yang sulit untuk ditemukan. Bahkan untuk membuat sebuah film, dan
belajar layaknya seorang sutradara kini tak sesulit dahulu. Kini orang-orang
lebih mudah untuk dekat dengan film, entah untuk mempelajari ataupun sekadar menikmati.
Pada
hakikatnya, film merupakan pengisahan kejadian dalam waktu (Eneste, 1991:16). Tetapi
kejadian dalam film tidak berkonotasi pada “kelampauan”, melainkan berkonotasi pada
“kekinian”, pada sesuatu yang “sedang” terjadi. Contohnya ketika kita melihat sebuah
adegan pembunuhan dan pemerkosaan, dalam sebuah pengemasan yang baik, kita yang
berposisi sebagai penonton bisa ikut terbawa perasaan cemas dan ngeri atas
filmnya yang tersaji, sebab kejadian itu disajikan langsung lewat layar lebar di
depan mata.
Banyak
insan muda yang ingin menuangkan ide kreatif yang didapat dari lingkungannya
lewat film. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh para mahasiswa dari ARS
University. Bulan Februari kemarin, para mahasiswa ini membuat sebuah acara di Auditorium
lantai tiga Bandung Creative Hub dengan
judul acara “FTV Movie Award 2020”. Acara ini adalah kolaborasi antara Fakultas
Komunikasi dan Desain, Prodi Ilmu Komunikasi, dengan UKM Sineas. Acara ini
adalah pemutaran 13 film pendek dari mahasiswa angkatan 2018. Iswanto yang
merupakan ketua pelaksana acara “FTV Movie Award 2020” ini menjelaskan bahwa acara
ini ke depannya akan menjadi budaya turun-temurun. Sebab acara yang baru
berlangsung kali ini, adalah volume pertama dari acara tersebut. Hal ini dilaksanakan
sebagai respon antusiasme perfilman di kampus yang cukup banyak, namun tidak
ada yang mewadahinya. Akhirnya mahasiswa mengadakan kolaborasi dengan UKM
Sineas untuk membentuk acara ini.
Renaldi
Permana, dosen Prodi Ilmu Komunikasi, ARS University yang berperan sebagai
penanggung jawab acara dan Pembina UKM Sineas menjelaskan bahwa awal mula ia
mendapatkan proses kreatif di bidang perfilman adalah ketika ia baru masuk ke ARS
University, setelah sebelumnya sempat berkuliah di jurusan Teknik Elektro. Di
ARS University, ia mengambil fokus di Ilmu Komunikasi penjurusan Televisi dan Film.
Di kampus, selain belajar teori, namun jangan sampai mengesampingkan praktik
secara langsung, hal ini selaras dengan apa yang dicanangkan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Bapak Nadiem Makarim.
Masih
menurut Renaldi, beberapa metode yang awalnya ia coba lakukan ketika mulai fokus
ke perfilman adalah mengambil, mencoba, dan terus memperdalam ilmu di perfilman
itu sendiri menggunakan dengan cara trial
and error, hingga kemudian hasil yang didapat pun akan lebih baik.
Perfilman
seakan menjadi salah satu seni kreatif yang menjanjikan, di mana dengan ide cerita
yang baik dan eksekusi lewat audio visual yang baik pula, industri film di
Kota Bandung tentunya bisa menjadi salah satu penyaluran ekonomi kreatif yang
potensial. Namun Renaldi mengatakan, sayangnya Kota Bandung masih belum dilirik
sebagai kota perfilman. Image Kota
Bandung sebagai kota musik sampai saat ini masih melekat. Itulah yang
dirasakan Renaldi saat ini. Sebagai salah satu penggiat kreatif, beliau rasa Kota
Bandung masih belum terlalu muncul di khalayak. Oleh karena itu, salah satu harapannya
adalah ke depannya fasilitas publik yang sudah disediakan bisa dimanfaatkan
sebaik-baiknya oleh masyarakat, agar industri perfilman di Kota Bandung tidak
kalah dengan kota lain.
Tidak
hanya dari segi fasilitas, harapan lain yang diutarakan Iswanto untuk perfilman
Kota Bandung adalah sensor yang berlaku. Karena ide kreatif kadang harus
terhalang dengan adanya sensor yang mengharuskan kita untuk menghindarinya,
sekalipun ide tersebut memang orisinil dan out of the box.
Bandung Creative Hub sebagai
fasilitator dalam acara ini membuat Iswanto, dan teman-teman mahasiswa lain
seakan memiliki rumah untuk bergiat di dunia perfilman seperti yang mereka
lakukan sekarang. Selain itu, Renaldi juga menambahkan harapannya untuk Bandung Creative Hub pada masa
mendatang, adalah lebih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang berlangsung di
dalamnya, entah itu diskusi, screening film, atau lainnya. Bahkan semoga
nantinya Bandung Creative Hub bisa
mengakomodir kegiatan-kegiatan yang mendatangkan orang luar untuk tahu industri
kreatif di Kota Bandung.
Bandung
dikenal dengan kota kreatif, tapi hal itu akan terasa kurang terlihat karena
fasilitas yang tidak didukung. Lewat acara “FTV Movie Award 2020” ini, diharapkan
akan menumbuhkan kembali semangat-semangat kreatif insan perfilman Kota Bandung
dan meyakinkan bahwa fasilitas-fasilitas yang diberi memang mendukung dunia
industri kreatif agar lebih maju lagi.
No comments:
Post a Comment