Perkembangan dialek di Kabupaten Ciamis
Kabupaten kabupaten Cirebon, Kuningan, dan Ciamis merupakan
kabupaten-kabupaten yang wilayahnya berbatasan dengan wilayah Jawa Tengah.
Sarana perhubungan yang menghubungkan wilayah-wilayah kabupaten itu dengan wilayah
Jawa Tengah relatif baik sehingga mengakibatkan terjadinya pergaulan manusia
dan terjadinya jalinan komunikasi. Salah satu alat untuk berkomunikasi ialah
bahasa. Penduduk di wilayah-wilayah tersebut berkomunikasi mungkin baik dengan
bahasa yang sama maupun dengan bahasa yang berbeda, dalam mempergunakan bahasa
yang sama pun mereka mungkin memakai dialek yang berbeda.
Kabupaten Ciamis adalah salah satu kabupaten di Jawa Barat yang
mayoritas berbahasa Sunda. Namun, karena letak geografisnya berbatasan dengan
Jawa Tengah mungkin dapat kita temukan dialek yang berbeda, apalagi bila
dilihat dari luasnya Kabupaten Ciamis yang mungkin sebelah Barat dan Utara
menggunakan bahasa Sunda, sedang sebelah timur yang berbatasan langsung dengan
Jawa Tengah berbahasa Jawa.
Kabupaten Ciamis terletak di daerah propinsi Jawa Barat sebelah
tenggara, antara 7°40'20"-7°41'20" Lintang Selatan, dan
108°20'-108°48' Bujur Timur.
Jaraknya kurang lebih 123 km dari kota Bandung, atau kurang lebih
103 km dari kota Cirebon, atau kurang lebih 140 km dari kota Cilacap, Jawa
Tengah.
Permukaan tanah Kabupaten Ciamis dapat digolongkan menjadi dua
bagian. Pertama, daerah pegunungan yang merupakan tempat keluarnya mata air
Citanduy dan anak-anak sungainya yang terletak di daerah Ciamis Utara dan
daerah bagian barat Ciamis Selatan. Hulu aliran sungai Citanduy berupa
bukit-bukit dan gunung-gunung seperti Sawal (1.746 m), dan gunung Cakrabuana
(1.721 m). Kedua, daerah dataran rendah yang berawa-rawa, terletak di bagian
tenggara Kabupaten Ciamis dan merupakan daerah aliran Citanduy bagian hilir.
Mayoritas penduduk Kabupaten Ciamis adalah suku bangsa Sunda yang
berbahasa ibu bahasa Sunda. Di samping itu terdapat suku bangsa Jawa yang
berdiam di daerah perbatasan Ciamis dan Cilacap, sepanjang daerah sungai
Citanduy, mulai dari Banjar, ke sebelah selatan sampai ke Segara Anakan.
Kemudian mereka menyebar ke pedalaman dan ke sepanjang pantai Ciamis Selatan.
Kelompok etnis lain yang terdapat di Kabupaten Ciamis ialah WNI keturunan Cina
dan keturunan Arab, yang pada umumnya mereka berdiam di kota, baik di kota-kota
kecamatan maupun di kota kabupaten.
Kabupaten Ciamis memiliki 197 desa yang terletak dan tersebar di
wilayah Ciamis, mungkin kita akan mendapatkan atau menemukan perbedaan dialek
di berbagai desa tersebut. Dari total 197 desa, 16 desa diantaranya berbatasan
langsung dengan Jawa Tengah, 10 desa berbatasan dengan Kabupaten Kuningan dan
Majalengka, 36 desa berbatasan dengan kabupaten Tasikmalaya, dan 135 desa di
daerah yang bukan perbatasan (Ciamis asli).
Keadaan kebahasaan di Kabupaten Ciamis sangat menarik, secara
administratif wilayah Kabupaten Ciamis sebelah timur berbatasan dengan wilayah
Jawa Tengah. Di daerah perbatasan timur sebelah utara, wilayah pemakaian bahasa
Sunda menjorok ke dalam wilayah propinsi Jawa Tengah, melewati batas
administratif. Di daerah perbatasan timur sebelah selatan terjadi hal
sebaliknya. Wilayah pemakaian bahasa Sunda tidak sampai ke perbatasan
administratif. Pemakaian bahasa Jawa menjorok ke dalam wilayah Jawa Barat,
melewati perbatasan administratif, walaupun pemakaiannya bersifat dwi bahasa
(Bahasa Campuran).
Batas administratif Kabupaten Ciamis dan Jawa Tengah di sebelah
utara berada di daerah pemakaian bahasa Sunda. Batas administratif Kabupaten
Ciamis dan Jawa Tengah di sebelah selatan berada di daerah dwi bahasa (Bahasa
Sunda, dan Bahasa Jawa), sedangkan Desa Panyutraan dan sekitarnya merupakan
wilayah dwi bahasa (Bahasa Sunda, dan Bahasa Jawa) yang belum dapat ditentukan
identitasnya. Wilayah Kabupaten Ciamis lainnya dikuasai oleh pemakaian bahasa
Sunda.
Selain adanya pemakaian bahasa menurut letak geografis, terdapat
pula pemakaian bahasa menurut lingkungannya. William F. Mackey (1962)
melukiskan adanya empat hal yang dapat memberikan kedwibahasaan, yaitu (1) tingkat
kedwibahasaan, (2) fungsi, (3) alternasi, (4) interferensi. Fungsi dibagi dua
yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal. Fungsi eksternal melukiskan
pemakaian bahasa menurut lingkungan pemakainya. Pemakaian bahasa dalam setiap
lingkungan atau daerah sentuh bahasa ditentukan oleh beberapa variabel yaitu
(1) lamanya, (2) kekerapannya, dan (3) dorongan-dorongan yang menyebabkan
adanya pemakaian bahasa.
Lingkungan pemakaian bahasa atau daerah sentuh bahasa dapat terjadi
(1) di rumah, (2) di masyarakat, (3) di sekolah, (4) dalam media massa, dan (5)
dalam korespondensi. Pemakaian bahasa di rumah dapat terjadi dengan ayah, ibu,
sanak saudara, keluarga, dan pembantu. Pemakaian bahasa di masyarakat
berlangsung dengan tetangga, mesjid, dalam pekerjaan, dan dalam hiburan.
Pemakaian bahasa di sekolah antara lain meliputi bahasa pengantar, pegaulan
antar murid, antar guru, dan antar guru dan murid. Pemakaian bahasa dalam media
massa antara lain terjadi melalui radio, televisi, surat kabar, majalah, buku,
dan pidato. Pemakaian bahasa dalam korespondensi berlangsung dalam surat
menyurat, baik resmi maupun pribadi.
Pemakaian bahasa Sunda di daerah Kabupaten Ciamis hampir terdapat
pada sebagian besar lingkungan pemakaian atau daerah sentuh bahasa tersebut di
atas.
Deskripsi Bahasa Sunda Daerah Kabupaten Ciamis
Kabupaten Ciamis secara geografis dikelilingi oleh kabupaten
(daerah) yang mempunyai ciri pemakaian bahasa yang diduga berbeda-beda.
Kabupaten Tasikmalaya di sebelah barat dianggap daerah peralihan bahasa Sunda dialek
Priangan. Kabupaten Majalengka dan Kuningan di sebelah utara dianggap sebagai
daerah dialek bahasa Sunda yang berbeda dengan bahasa Sunda dialek Priangan.
Propinsi Jawa Tengah di sebelah timur merupakan daerah bahasa lain, bahasa
Jawa. Keadaan geografis seperti itu diduga mempengaruhi pemakaian bahasa Sunda
di Kabupaten Ciamis.
Selain itu, Ciamis sebagai suatu kesatuan geografis mungkin
memperlihatkan kekhasan pemakaian bahasa tertentu sehingga sering terdengar
orang awam di Jawa Barat menyebut ada yang disebut "bahasa Sunda dialek
Ciamis".
Dari total 197 desa sesuai buku yang saya baca, maka akan diambil
10 desa di daerah perbatasan dengan Jawa Tengah (62,5%), 5 desa di daerah
perbatasan dengan Kabupaten Kuningan dan Majalengka (50%), 10 desa di daerah
perbatasan Kabupaten Tasikmalaya (27,8%), dan 17 desa di daerah yang bukan
daerah perbatasan.
Dan dari sekitar 42 desa yang diambil dan dijelaskan dalam buku
ini. Terdapat beberapa lokasi/tempat yang memiliki dialek berbeda dari bahasa
Sunda umumnya. Di Kabupaten Ciamis terdapat banyak kata yang menandakan satu
hal/maksud Contoh:
A; 5 kata yang menandakan "Anak Kerbau" : Anak munding,
Ènèng, Gudèl, Gudèb, Cemè
B; 2 kata yang menandakan "Besan" : Warang, Bèsan
C; 3 kata yang menandakan "Celana" : Calana, Serewal,
Kolor
D; 2 kata yang menandakan "Dapur" : Dapur, Pawon
G; 4 kata yang menandakan "Gado Gado" : Lotek, Pecel,
Pecel gerus, Karèdok
H; 6 kata yang menandakan "Habis" : Bèak, Èrèp, Entok,
Amring, Amrin, Angring
I; 2 kata yang menandakan "Ikan Mas" : Lauk emas, Kancra
K; 7 kata yang menandakan "Kacang Tanah" : Kacang bogor,
Kacang banten, Kacang manila, Kacang bagolo, Kacang jogo, Kacang garut, Kacang
tanah
L; 2 kata yang menandakan "Lebai" : Lebè, Amil, Kayim
M; 3 kata yang menandakan "Mekar" : Beukah, Ligar, Megar
N; 3 kata yang menandakan "Nenas" : Ganas, Nanas, Danas
P; 2 kata yang menandakan "Pepaya" : Gedang, Gandul
S; 5 kata yang menandakan "Sirsak" : Nangka walanda,
Nangka hèjo, Nangka sebrang, Sirsak, Mandalika
T; 3 kata yang menandakan "Terinjak" : Katincak, Kapèak,
Kapèdak
U; 3 kata yang menandakan "Ubi Jalar" : Boled, Mantang,
Lobak
Dan dari 42 desa itu, terdapat 6 desa yang telah banyak dipengaruhi
oleh Pengaruh Bahasa Jawa, diantaranya:
·
Desa
Sukamantri, Kecamatan Panjalu 11 bahasa : Bengkok, Danas, Gendul, Kemasan,
Kuwu, Legèn, Lèyotan, Minyak lantung, Mirang, Padasan, Rendeng
·
Desa
Medanglayang, Kecamatan Panumbangan 10 bahasa : Asu, Bengkok, Danas, Gendul,
Jenang, Kemasan, Kuwu, Lèyotan, Mirang, Rendeng
·
Desa
Tanjungsari, Kecamatan Rajadesa 13 bahasa : Ampyang, Bengkok, Danas, Jenang,
Kemasan, Kedung, Kuwu, Lèyotan, Minyak lantung, Mirang, Padasan, Serewal, Tai
melèk
·
Desa
Dadiharja, Kecamatan Rancah 13 bahasa : Ampyang, Asu, Danas, Gendul, Gudèl,
Jenang, Kemasan, Klandingan, Kuwu, Legèn, Mirang, Padasan, Serewal
·
Desa
Buniseuri, Kecamatan Buniseuri 11 bahasa : Ampyang, Bengkok, Clobèkan, Entok,
Gedang kulutuk, Gendul, Gudèl, Kemasan, Kedung, Kuwu, Tumbelèk
·
Desa
Bunter, Kecamatan Cisaga 13 bahasa : Ampyang, Bengkok, Danas, Gendul, Gudèl,
Jenang, Kedung, Kuwu, Leker, Padasan, Rendeng, Samangèn, Tai melèk
·
Desa
Bangunharja, Kecamatan Cisaga 12 bahasa : Ampyang, Bengkok, Danas, Gendul,
Jenang, Kedung, Kuwu, Leker, Lèngotan, Padasan, Rendeng, Waton
Maka dari hasil laporan membaca buku perkembangan dialek ini, dapat
disimpulkan bahwa, bahasa Sunda yang dipergunakan di Kabupaten Ciamis merupakan
suatu dialek tertentu, yang oleh umum sering dikatakan sebagai "bahasa
Sunda dialek Ciamis"
"http://rizkimasbox.blogspot.com/2012/09/perkembangan-dialek-di-kabupaten-ciamis.html"
( Dudu
Prawiraatmaja, Agus Suriamiharja, Hidayat. “Geografi Dialek Bahasa Sunda di
Kabupaten Ciamis”.)
Jatinangor, 24 September 2012
Rizki Sanjaya, Mahasiswa Sastra Sunda Unpad
Di Ciamis memang banyak bahasa yang unik dan patut untuk dilestarikan.
ReplyDeleteHatur nuhun parantos sumping. Mangga aya seratan abdi oge ngeunaan Ciamis. Nanging punten bilih kosa kecapna kirang merenah. Nembean nyerat oge, Ceu: kknm.unpad.ac.id/sukajadiciamis/2015/01/15/sunda-medok-jawa/
ReplyDeleteBangga jadi orang Ciamis
ReplyDeleteHehe, siiip.
Deleteaku naksir orang Ciamis....��
ReplyDeleteSemoga sukses😁
Deletewah ciamis ya, mantul dah mantab betul
ReplyDeleteYaaap, betul. Bahasa dialek Ciamis memang unik, selain karena ujung batas priangan bagian timur, juga berdekatan juga dengan provinsi Jawa Tengah.
Delete